Hipertensi adalah suatu keadaan medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah melebihi normal. Di seluruh dunia hipertensi telah menjadi suatu penyakit yang dihubungkan dengan angka morbiditas, mortalitas serta biaya (cost) yang tinggi di masyarakat. Hipertensi juga merupakan faktor risiko penting, yang dapat dimodifikasi, untuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan penyakit arteri periferal.2.1 Antihipertensi
Antihipertensi adalah obat –
obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi.
Antihipertensi juga diberikan
pada individu yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular dan mereka yang beresiko
terkena stroke maupun miokard infark. Pemberian obat bukan berarti menjauhkan
individu dari modifikasi gaya hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan,
mengurangi konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok, mengurangi stress dan
berolahraga.
Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah sistolik
≥ 140/90 mmHg Pasien dengan kondisi stroke atau miokard infark ataupun ditemukan
bukti adanya kerusakan organ tubuh yang
parah (seperti mikroalbuminuria,
hipertrofi ventrikel kiri) juga membutuhkan penanganan segera dengan
antihipertensi.
Tujuan
Pada dasarnya pengobatan dengan antihipertensi itu penting agar pasien
dapat mencapai tekanan darah yang dianjurkan. Level tekanan darah yang
diharapkan pada pasien hipertensi yang
tidak disertai komplikasi adalah 140/90 mmHg atau lebih rendah bila
memungkinkan, sedangkan pada pasien mengalami insiden kerusakan organ akhir atau
kondisi seperti diabetes, level tekanan
darah yang diharapkan adalah 130/90
mmHg, dan pada pasien proteinuria (>1 g / hari) diharapkan tekanan darah di bawah 150/75
mmHg.
Adapun tujuan pemberian
antihipertensi yakni :
1. Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul
akibat gagal jantung.
2. Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih
parah dan mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.
3. Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien yang
sudah terkena serangan serebrovaskular.
4. Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan hipertensi
maternal.
Klasifikasi
Dikenal lima kelompok obat lini pertama (first line drug) yang digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker),
penghambat angiotensin converting enzyme
(ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker,
ARB), dan antagonis kalsium.
Diuretik
Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan
garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu : (1) Pengurangan dari volume darah total dan curah
jantung; yang menyebabkan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2)
Ketika curah jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah
perifer juga berkurang.
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide,
Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorthaldion.
Penyekat Reseptor Beta Adrenergik
(β-Blocker)
Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-blockerdapat dikaitkan dengan hambatan
reseptor β1, antara lain : (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan
kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung; (2) hambatan sekresi
renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan Angiotensin II;
(3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada
sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan peningkatan
biosentesis prostasiklin.
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Propanolol, Metoprolol,
Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindo lol, Acebutolol, Penbutolol, Labetalol.
Penghambat Angiotensin Converting
Enzyme (ACE-Inhibitor)
Mekanisme kerja : secara langsung menghambat pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan
jumlah bradikinin. Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang, berkurangnya
natrium dan retensi air, dan meningkatkan vasodilatasi (melaluibradikinin).
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Kaptopril, Enalapril, Benazepril,
Fosinopril, Moexipril, Quianapril,
Lisinopril.
Penghambat Reseptor Angiotensin
Mekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya lebih
spesifik pada Angiotensin II dan
mengurangi atau sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin.
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Losartan, Valsartan,
Candesartan, Irbesartan, Telmisartan, Eprosartan, Zolosartan.
Antagonis Kalsium
Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot
polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama
menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan
resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama
bila menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan Diltiazem
dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik negatif
langsung pada jantung.
Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem,
Verapamil, Nifedipine.
Vasodilator (hidralazin,
minoksidil, diazoksid)
Hidralazin bekerja langsung
merelaksasi otot polos arteriol melalui mekanisme yang belum diketahui. Obat
ini biasanya digunakan sebagai obat kedua atau ketiga setelah diuretik dan
β-blocker. Efek samping yang timbul antara lain sakit kepala, mual, hipotensi,
takikardia, dll. Obat ini dikontraindikasikan pada pasien penyakit jantung
koroner dan tidak dianjurkan pada pasien usia di atas 40 tahun.
Minoksidil bekerja dengan
membuka kanal kalium ATP-dependent dengan akibat terjadinya efluks kalium dan
hiperpolarisasi membran yang diikuti oleh relaksasi otot polos pembuluh darah
dan vasodilatasi. Efek samping yang timbul antara lain retensi cairan dan
garam, refleks simpatis, hipertrikosis, hiperglikemia dll. Minoksidil harus
diberikan bersama dengan diuretik dan penghambat adrenergik (biasanya
β-blocker) untuk mencegah retensi cairan dan mengontrol refleks simpatis.
Diazoksid merupakan derivat
benzotiazid namun tidak memiliki efek diuresis. Obat ini bekerja dengan
mekanisme mirip minoksidil. Diazoksid diberikan untuk mengatasi hipertensi
darurat, hipertensi maligna, hipertensi ensefalopati, dan hipertensi berat pada
glomerulus ak dan kronik. Efek samping yang ditimbulkan atntara lain retensi
cairan dan hiperglikemia.
Adrenolitik sentral (metildopa dan
klonidin)
Metildopa merupakan prodrug dalam
susunan saraf pusat yang menggantikan kedudukan dopa dalam sintesis katekolamin
dengan hasil akhir α-metilnorepinefrin. Efek yang ditimbulkan antara lain
mengurangi sinyal simpatis ke perifer sehingga menurunkan resistensi vaskular
tanpa banyak mempengaruhi frekuensi dan curah jantung. Obat ini efektif bila
dikombinasikan dengan diuretik, dan merupakan pilihan utama untuk pengobatan
hipertensi pada ibu hamil karena terbukti aman bagi janin. Efek samping yang
sering adalah sedasi, hipotensi postural, pusing, mulut kering, sakit kepala,
depresi, dll.
Klonidin bekerja pada reseptor
α-2 di susunan saraf pusat dengan efek penurunan simpathetic outflowdan
menurunkan resistensi perifer dan curah jantung. Obat ini digunakan sebagai
obat kedua atau ketiga jika penurunan tekanan darah dengan diuretik belum
optimal. Efek samping yang sering timbul antara lain mulut kering, sedasi, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar