Rabu, 19 Desember 2012

Hiperpituitari

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.  Sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.
Selain itu banyak gangguan lain yang disebabkan karena kelebihan hormon yang dilepaskan hipofisis yang bisa menghasilkan dampak yang cukup signifikan bagi pasien.
1.2   Tujuan
1.2.1   Tujuan Umum
1.     Mampu menjelaskan dan membuat asuhan keperawatan baik dari pengkajian keperawatan, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan serta evaluasi keperawatan pada klien dengan hiperpituitari.


1.2.2   Tujuan Khusus
1.     Mengetahui dan memahami definisi, manifestasi klinis, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, komplikasi, serta pemeriksaan penunjang dari hiperpituitari.

1.3    Manfaat
            Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa, masyarakat serta institusi mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan hiperpituitari, serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.



BAB II
LANDASAN TEORI
2. 1.     Konsep Dasar Penyakit
2. 1. 1         Definisi
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih.
Hormon – hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise) (Hotma Rumahardo, 2000 : 36).

2. 1. 2         Etiologi
                        Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab mencakup :
1.      Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH, ACTH atau prolakter.
2.      Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada.  (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC)


2.1.3             Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.
1.      Encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika )
2.      Invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )
3.      Mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm )
4.      Makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10 mm )

2.1.4             Manifestasi klinis
1.      Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari – jari tangan, lidah, rahang, kardiyamegali)
2.      Impotensi
3.      Visus berkurang
4.      Nyeri kepala
5.      Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
6.      Libido seksual menurun
7.      Kelemahan otot, kelelahan dan letargi  (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).




2.1.5             Patofisiologi
                        Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi.
                        Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme. Penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
                        Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
1.      Prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan sekunder,  galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas.
2.      Somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan. Gejalah klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas, dimana lempeng epifise tulang panjang belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali). Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.


3.      Corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.
Ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:
a.       Perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
b.      Perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan besar diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial IV ( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa menginfiltrasi hipotalamus.





2.1.6             Pemeriksaan Penunjang
1.      Kadar prolaktin serum ; ACTH, GH
2.      CT – Scan / MRI
3.      Pengukuran lapang pandang
4.      Pemeriksaan hormon
5.      Angiografi
6.      Tes toleransi glukosa
7.      Tes supresi dengan dexamethason  (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).

2.1.7             Komplikasi
1.      Gangguan hipotalamus.
2.      Penyakit organ ’target’ seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal primer.
3.      Penyebab sindrom chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4.      Diabetes insipidus psikogenik atau nefrogenik.
5.      Syndrom parkinson




2.2    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Hiperpituitari
2. 2. 1              Pengkajian
1.      Data Demografi
a.     Kaji identitas pasien.
2.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama
b.      Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
c.       Perubahan tingkat energi, kellelahan, letargi.
d.      Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
e.       Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
f.       Nyeri kepala.
g.      Gangguan penglihatan.
h.      Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensia.
3.      Riwayat penyakit sekarang
a.       Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan
4.      Riwayat penyakit keluarga.
a.       Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga 
5.      Pemeriksaan fisik
a.       Amati bentuk wajah.
b.      Kepala, tangan/lengan, dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
c.       Adanya kesulitan menguyah.
d.      Adanya perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.
e.       Peningkatan respirasi kulit.
f.       Suara membesar karena hipertropi laring.
g.      Pada palpasi abdomen, ditemukan hepatomegali.
h.      Disfagia akibat lidah membesar.

2. 2. 2              Diagnosa
1.      Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
2.      Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
3.      Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor.
4.      Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
5.      Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kehidupan.
6.      Resiko injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensori.


2. 2. 3              Intervensi
1.   Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor.
Tujuan
-          Perubahan dalam rasa nyaman
-          Penurunan tingkat nyeri
Kriteria Hasil
-          Pasien tidak mengeluh nyeri
-          Pasien merasa nyaman
-          Skala nyeri 2 ( 0 – 4 )

Intervensi
Rasional
Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan.
Agar perawat mengetahui apa yang dirasakan klien.
Kaji skala nyeri
Untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan menentukan intervensi selanjutnya.
Berikan tehnik relaksasi dan distraksi
Pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri.



2.   Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
Tujuan
-          Kekecewaan klien terhadap tubuhnya dapat dikontrol
Kriteria Hasil
-          Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya
Intervensi
Rasional
Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan.
Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan perubahan tubuhnya.
Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi – segi positif yang dapat dikembangkan oleh klien.
Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali
Yakinkan klien bahwa sebagioan gejala dapat berkurang dengan pengobatan (ginekomastia, galaktorea)
Agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.

3.   Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
Tujuan
-          Pasien mampu mempertahankan fungsi seksualnya
Kriteria Hasil
-          Pasien mampu mempertahankan fungsi seksualnya

Intervensi
Rasional
Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap fungsi seksualnya.
Agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada perawat.
Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya
Agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya
Kolaborasi pemberian obat – obatan bromokriptin.
Agar disfungsi seksual teratasi

4.      Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
Tujuan
-          Perubahan sensori perceptual tidak terjadi
Kriteria Hasil
-          Berorientasi pada tempat dan nama, tidak terjadi cedera, TTV dalam batas normal

Intervensi
Rasional
Dorong klien agar mau melakukan pemeriksaan lapang pandang.
Agar perawat mengetahui jarak lapang klien.


5.      Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kehidupan
Tujuan :
-          Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Kriteria Hasil :
-          Klien dapat merasa tenang, dan kecemasan yang dirasakan berkurang.
Intervensi
Rasional
Observasi tanda dan gejala kecemasan dan ketakutan, catat ekspresi verbal maupun nonverbal.
Pemeriksaan tersebut ditujukan agar perawat dapat memberikan rasa nyaman kepada pasien
Gali perasaan, anjurkan klien untuk mendiskusikan ketakutan, diagnosa penyakit dan terapi yang diberikan
Agar pasien dapat mendapatkan terapi yang optimal
Berikan dukungan emosional.
Agar pasien tidak merasa sendiri dan mendapatkan support / dukungan
Jelaskan secara sederhana tentang hal yang ditanyakan klien
Bahasa yang sederhana dapat mempermudah pemahaman pasien
Bantu klien untuk mengatasi kecemasan, berikut alternative cara untuk mengatasi kecemasan seperti bimbingan imagenery, teknik relaksasi.
Untuk menciptakan kenyamanan dan ketenangan pasien

6.        Resiko injury berhubungan dengan penurunan persepsi sensorik
Tujuan
-          Pasien tidak mengalami cidera
Kriteria Hasil
-          Klien tidak mengalami cidera dan trauma jaringan

Intervensi
Rasional
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien
Untuk meminimalisir resiko cedera yang dialami pasien
Mengontrol lingkungan dari daerah kebisingan.
Daerah yang nyaman akan membantu proses penyembuhan pasien
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih.
Memaksimalkan kebutuhan istirahat pasien sehingga dapat membantu proses penyembuhan
Menghindarkan pasien dari barang yang berbahaya.
Agar tidak melukai pasien
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Keluarga dapat mengawasi pasien agar tidak terjadi cidera yang diinginkan



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
            Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih.

3.2  Saran
3.2.1         Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui penyebab, tanda gejala dari tumor otak serta penanganannya agar dapat menghindari terjadinya tumor otak baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. Serta hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hiperpituitari secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.

3.2.2        Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat mampu untuk menjaga kesehatannya terutama jika ada infeksi pada hipofisis di otak agar dapat cepat ditangani agar tidak menimbulkan penyakit hiperpituitari.

3.2.3        Bagi Institusi
Diharapkan makalah asuhan keperawatan ini dapat menjadi refrensi untuk menambah pengetahuan tentang penyakit hiperpituitari tersebut


DAFTAR PUSTAKA

Francis S. 2002. Endrokinologi Dasar Dan Klinik. Greenipan Smeltzer Dan Base Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran Vol. 2
Elisabeth j. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hotman Rumahardo. 2002. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endrokin. Jakarta : EGC


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA KASUS HIPERPITUITARI
Description: C:\Users\Handini Eka Dewi\Documents\stikesyarsimtrm.jpg
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
TINGKAT 2 C

1.      Novia Yustari
2.      Fitria Laning Putri
3.      Septia Wulandari
4.      M. Husni


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII
2012 / 2013
KATA PENGANTAR
            Segala puji bagi Allah S.W.T Tuhan seluruh alam atas berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan sebuah makalah kelompok. Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang kami dapat dari beberapa sumber. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami yaitu Ibu Ns. Hapipah S.Kep, selaku dosen pengajar, karena telah memberikan bimbingan dan arahan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik, masukan maupun saran dari para pembimbing maupun pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini agar lebih bermanfaat.
           
Mataram,    Desember 2012

Kelompok 1