BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak
merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di dalam rongga
kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih
100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak
besar), serebelum (otak kecil), brainstein (batang otak) dan diensefalon. Otak
menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh
manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh 2 pasang arteri
yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium,
keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu
sirkulus Willis.
Sebagai
bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang dapat
diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita
tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung
histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor
sangat penting untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanen.
Melihat
fenomena di atas, tumor otak merupakan penyakit yang menjadi momok bagi
manusia. Orang yang menderita tumor otak sering tidak menyadari bahwa dia
terkena tumor otak. Tiba-tiba saja penderita merasakan dan mengalami nyeri
kepala, kelainan pada syarafnya, pandangan kabur dan lain sebagainya tergantung
bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk
mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada klien tumor otak beserta keluarganya.
1.2 Tujuan
Tujuan
penulisan laporan pendahuluan ini adalah:
a. Mengetahui
dan mempelajari lebih dalam mengenai tumor otak.
b. Mengetahui
tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien tumor otak.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
a. Tumor
ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam
setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan
berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff,
kamus Keperawatan, 1997).
b. Tumor
otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono,
MA, Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000)
c. Karsinoma
otak (maligna) adalah neoplasma yang tumbuh di selaput otak.
d. Neoplasama
ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus
secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta 1973).
2.2 Anatomi Fisiologi
Susunan
saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus menerima,
menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim hormon, susunan
saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan tubuh,
organ dan sistim organ manusia.
Susunan
saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang dikendalikan oleh
keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot rangka dan menghantarkan
impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat melakukan gerakan aktif
dan menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara sadar mengendalikannya.
Susunan
saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga organ
tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-paru,
jantung dan saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti
makan, metabolisme, sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan
susunan saraf otonom. Susunan saraf otonom dibagi menjadi susunan saraf
simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan susunan saraf para
simpatik (sistim pengontrol konstruktif dan menyenangkan).
Serebrum
terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu :
a. Lobus
frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian
dan menahan diri.
b. Lobus
parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan sensasi,
berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
c. Lobus
temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran dan
ingatan jangka pendek.
d. Lobus
oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan
gr. Otak menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang mana 90% aerobic dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3 – 6 menit akan timbul gangguan fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak berfungsi sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim efektor perifer tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak. Otak bukan masa yang uniform, melainkan suatu organ yang sangat kompleks. Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
gr. Otak menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang mana 90% aerobic dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3 – 6 menit akan timbul gangguan fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak berfungsi sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim efektor perifer tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak. Otak bukan masa yang uniform, melainkan suatu organ yang sangat kompleks. Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a) Batang
otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari medulla
oblongat, pons dan mesensefalon (otak tengah).
1. Medulla
oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan medulla spinalis.
Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan berfungsi untuk
pergerakan otot rangka. Di medula oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang
berlawanan yang disebut jalan/ traktus poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan
otak bagian kiri akan menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya.
Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di
medulla oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti
pernafasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah.
2. Pons
berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang menghubungkan
korteks serebri dan serebllum.
3. Mesensefalon
merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla oblongata dan
diensefalon. Pada mesensefalon terdapat formation retikularis, suatu rangkaian
penting yang antara lain mengatur irama tidur dan bantun, mengontrol refleks
menelan dan muntah.
b) Otak
kecil (cerebelum)
Cerebellum
terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian belakang batang otak.
Cerebllum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan mengatur koordinasi
gerakan yang diterima dari segmrn posterior medulla spinalis yang memberi
informasi tentang keregangan otot dan tanda serta posisi-posisi sendi.
c) Otak
besar (cerebrum)
Cerebrum
adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu :
hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper dipisahkan oleh pistula
longitudinal dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar
(korpus kolosum).
d) Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :
Dibagi menjadi empat wilayah :
1) Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi. Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf penting yang datang dari serebri dan dikompres kedalam rongga yang kecil.
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi. Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf penting yang datang dari serebri dan dikompres kedalam rongga yang kecil.
2) Hipotalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga mempengaruhi metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga mempengaruhi metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
3) Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.
4) Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Pembuluh darah yang mendarahi otak
tardiri dari :
a. Sepasang
pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba
dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pambuluh
darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga :
a) Sebagian
menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
b) Sebagian
menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
c) Sebagian
menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya
akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri komunikan
posterior.
b. Sepasang
pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba oleh
karna kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang leher,
pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh
darah teersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang
disebut anastomosis.
2.3 Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
a. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
b. Kimia
dan Virus
Pada
binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan
tumor pada manusia masih belum jelas.
c. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan
jenis tumor
a. Jinak
a)
Acoustic neuroma
b)
Meningioma
c)
Pituitary adenoma
d)
Astrocytoma (grade I)
b. Malignant
a)
Astrocytoma (grade 2,3,4)
b)
Oligodendroglioma
c)
Apendymoma
c. Berdasarkan
lokasi
a)
Tumor intradural
1)
Ekstramedular
a.
Cleurofibroma
b.
Meningioma
2)
Intramedular
a.
Apendymoma
b.
Astrocytoma
c.
Oligodendroglioma
d.
Hemangioblastoma
b)
Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer,
biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru–paru, ginjal dan lambung.
2.5 Manifestasi klinis
a.
Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan
mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga
dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan
aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin
diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat
dijumpai pada 2/3 kasus
a)
Nyeri Kepala
Diperkirakan
1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak
adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri
kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya
bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada
keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri
kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.
b)
Muntah
Terdapat
pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada
tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak disertai
dengan mual.
c) Kejang
Bangkitan
kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan
lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut.
Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai
penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
1)
Bangkitan kejang pertama kali pada usia
lebih dari 25 tahun
2)
Mengalami post iktal paralisis
3)
Mengalami status epilepsy
4)
Resisten terhadap obat-obat epilepsy
5)
Bangkitan disertai dengan gejala TTIK
lain
6)
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor
otak dikorteks, 50% pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan
25% pada glioblastoma.
d) Gejala
Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa
keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari
dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan kesadaran. Pada pemeriksaan
diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat
dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat
teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK
tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma
dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
b. Gejala
spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
a) Lobus
frontal
1) Menimbulkan
gejala perubahan kepribadian
2) Bila
tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
3) Bila
menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
4) Bila
tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
5) Pada
lobus dominan menimbulkan gejala afasia
b) Lobus
parietal
1) Dapat
menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
2) Bila
terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
c) Lobus
temporal
1) Akan
menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura
atau halusinasi
2) Bila
letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
3) Pada
tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
d) Lobus
oksipital
1) Menimbulkan
bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
2) Gangguan
penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia,
objeckagnosia
e) Tumor
di ventrikel ke III
Tumor
biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari
cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak,
pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
f) Tumor
di cerebello pontin angie
1) Tersering
berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
2) Dapat
dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran
3) Gejala
lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
g) Tumor
Hipotalamus
1) Menyebabkan
gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
2) Gangguan
fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada
anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
h) Tumor
di cerebelum
1) Umumnya
didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan
papil udem
2) Nyeri
kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot
servikal
i)
Tumor fosa posterior
1) Diketemukan
gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya
merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
2.7 Patofisiologi
Tumor
otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan
oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan
fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan
kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan
neurologist fokal.
Peningkatan
tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan
sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa
tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan
hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme
kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume
cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel
parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau
serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga.
Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan
fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan
gangguan pernafasan.
2.8 Komplikasi
Adapun
komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah
:
a. Gangguan
fisik neurologist
b. Gangguan
kognitif
c. Gangguan
tidur dan mood
d. Disfungsi
seksual
2.9 Pemeriksaan Penunjang
a. Arterigrafi atau Ventricolugram
; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.
b. CT – SCAN
; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram
; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan
klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG)
; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
e. Ekoensefalogram
; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
f. Sidik otak radioaktif
; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor
otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi
abnormal zat radioaktif
2.10
Penatalaksanaan
Tumor
otak yang tidak terobati menunjukkan arah kematian, salah satu akibat dari
peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan tumor. Pasien-pasien
dengan kemungkinan tumor otak harus di evaluasi dan di obati segera bila
memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat berubah.
Tujuannya
adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa
meningkatnya penurunan neurologic ( paralisis, kebutaan ) atau tercapainya
gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi). Salah satu variasi
pengobatan dapat digunakan ; pendekatan spesifik bergantung pada tipe tumor,
lokasinya dan kemampuan untuk dicapai dengan mudah. Pada beberapa pasien,
kombinasi ini data digunakan sebagai modal.
Pendekatan
Pembedahan
konvensional
memerlukan insisi tulang (kraniotomi). Pendekatan ini digunakan umum untuk
mengobati pasien meningioma, neuroma akustik, astrositoma, kistik pada
serebelum, kista koloid pada ventrikel ketiga, tumor congenital seperti kista
dermoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien-pasien dengan glioma malignant,
pengangkatan tumor secara menyeluruh, dan pengobatan tidak mungkin, tetapi
dapat masuk akal dengan tindakan yang mencakup pengurangan tekanan intra
cranial ( TIK ), mengangkat jarngan nekrotik dan mengurangi bagian yang besar
dari tumor, yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau
menjadi resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.
Pendekatan
stereotaktik meliputi penggunaan kerangka tiga
dimensi yang mengikuti lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka stereotaktik
dan studi pencitraan multiple ( sinar-x CT ) yang lengkap digunakan untuk
menentukan lokasi tumor dan memeriksa posisinya. Laser atau radiasi dapat
dilepaskan dengan pendekatan stereotaktik. Radioisotope dapat juga ditempelkan
langsung ke dalam tumor untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor
(brakhiterapi) sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya.
Penggunaan
Pisau Gamma
dilakukan
pada “bedah radio” sampai dalam, untuk tumor yang tidak dapat di masukkan obat,
tindakan tersebut sering dilakukan sendiri. Lokasi yang tepat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan stereotaktik dan melalui laporan pengujian dan posisi
pasien yang tepat. Dosis sangat tinggi radiasi akan di lepaskan pada luas
bagian yang kecil. Keuntungan metoda ini adalah tidak membutuhkan insisi
pembedahan, kerugiannya adalah waktu yang lambat diantara pengobatan dan hasil
yang di harapkan.
Kemoterapi dan terapi
sinar radiasi eksternal dimana digunakan hanya
salah satu model atau dikombinasi dengan pendekatan seperti gambaran diatas.
Terapi radiasi, merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga menurunkan
timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap. Trasplantasi sumsum tulang aulog
intravena digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima kemoterapi
atau terapi radiasi, karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien
terhadap adanya keracunan pada sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi
kemoterapi dan radiasi. Sumsum tulang pasien di aspirasi sedikit, biasanya
dilakukan pada kepala iliaka dan di simpan. Pasien yang menerima dosis
kemoterapi dan terapi radiasi yang banyak, akan menghancurkan sejumlah besar
sel-sel keganasan (malignant). Sumsum tulang kemudian diinfus kembali setelah
pengobatan lengkap. Kortikosteroid boleh digunakan sebelum pengobatan sesuai
diperkenankannya penggunaan obat ini, yang didasari melalui evaluasi diagnostic
dan kemudian menurunkan edema serebral dan meningkatkan kelancaran serta
pemulihan lebih cepat.
BAB
III
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Riwayat
Keperawatan, riwayat mengalami cidera kepala sebelumnya, riwayat menderita
infeksi susunan saraf pusat, keluhan sakit kepala khususnya pada saat bangun,
muntah pada saat bangun tidur tanpa adanya disertai nausea, penglihatan ganda,
penurunan secara akut penglihatan, dan penurunan lapang pandang.
2. Pemeriksaan
fisik, penurunan kesadaran, koma, pupil melebar atau pinpoint dan tidak beraksi
terhadap sinar, pupiledema, kelemahan saraf cranial VI, penurunan kekuatan
motorik, hemiparesis / hemiplagia, ketidakmampuan mengikuti instruksi,
disorientasi, keterbatasan menerima sensani ; hyperesthesia ; asterognogsis ; agnosia
; apraksia ; agraphia ; aphasia ; broecha atau wernicke, disarthia, disfungsi
saraf cranial, jalan ataksia, aktifitas kejang.
3. Psikososial
/ usia, jenis kelamin, pekerjaan, peran dan tanggung jawab strategi koping yang
biasa digunakan, kecemasan, ketakutan penerimaan kondisi.
4. Pengetahuan
klien / keluarga , pengetahuan umum, pre dan postoperasi, prognosis dan
kemungkinan antisipasi dengan hal-hal yang biasa terjadi .
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan
perfusi Jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
2. Resiko
kurang perawatan diri, kebersihan, makan eliminasi dan atau mobilisasi
berhubungan dengan gangguan kognitif dan atau neurologi
3. Kecemasan
berhubungan dengan menerima ancaman biologi atau psikologi
4. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan perawatan di rumah
3.3 Perencanaan dan Pelaksanaan
1. Perubahan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan intra cranial
Tujuan
:
Klien akan mempertahankan perfusi
jaringan serebral secara adekuat
Rencana
dan Tindakan :
a. Kaji
tingkat kesadaran setiap 4 jam sampai 5
jam.
b. Gunakan
pengkajian GCS untuk pengkajian secara cepat
c. Kaji
kualitas dan kekuatan otot wajah dan ekstremitas setiap 4 jam sampai 5 jam.
d. Monitor
tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan dan lakukan pemeriksaan neurologi
setiap 2 jam sampai 4 jam.
e. Monitor
dan intervensi tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial
f. Pertahankan
tindakan untuk mengatasi kejang
g. Pertahankan
lingkungan yang aman ( gunakan sisi penghalang tepat tidur, pengikatan yang
lembut )
h. Pertahankan
lingkungan yang tenang.
i.
Perika teperatur rectal setiap 2 jam
sampai 4 jam.
j.
Berikan obat-obatan sebagaimana
programnya.
k. Monitor
adanya perubahan mental dan kepribadian.
2. Resiko
kurang perawatan diri, kebersihan, makan eliminasi dan atau mobilisasi
berhubungan dengan gangguan kognitif dan atau neurologi
Tujuan
:
Klien akan melakukan perawatan diri
untuk memenuhi kebutuhannya
Rencana dan Tindakan :
a. Kaji
derajat kemampuan klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari : mandi,
makan, eliminasi dan mobilitas.
b. Monitor
untuk tanda perkembangan kecacatan.
c. Bantu
dalam perawatan diri sesuai kebutuhan.
d. Pertahankan
diet sebagaimana instruksi.
e. Bantu
dalam pemasukan nutrisi ssesuai kebutuhan.
f. Ambulasi
sebagaimana yang di toleransi, bantu sesuai dengan kebutuhan dengan kursi roda,
walker atau tongkat.
g. Jika
klien tidak dapat ambulasi bantu dan ajarkan klien untuk alih posisi, batuk dan
nafas dalam setiap 2 jam.
h. Tinggikan
bagian kepala tempat tidur 30-45 dejarat.
i.
Lakukan latihan pergerakan sendi aktif
atau pasif terhadap seluruh ekstremitas setiap 4-5 jam.
3. Kecemasan
berhubungan denganmenerima ancaman biologi atau psikologi
Tujuan
:
Klien akan memperlihatkan penurunan
tingkat kecemasan
Rencana
dan Tindakan :
a. Observasi
tanda dan gejala kecemasan dan ketakutan, catat ekspresi verbal maupun
nonverbal.
b. Gali
perasaan, anjurkan klien untuk mendiskusikan ketakutan, diagnosa penyakit dan
terapi yang diberikan
c. Berikan
dukungan emosional.
d. Jelaskan
secara sederhana tentang hal yang ditanyakan klien
e. Bantu
klien untuk mengatasi kecemasan, berikut alternative cara untuk mengatasi
kecemasan seperti bimbingan imagenery, teknik relaksasi.
4. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan perawatan di rumah
Tujuan :
Klien
memperlihatkan peningkatan pengetahuan
Rencana dan Tindakan :
a.
Observasi tingkat pemahaman tentang
proses penyakit dan pengobatan yang diberikan
b.
Tekankan kepada dokter untuk menjelaskan
penyakit, penyabab, gejala dan pengobatan
c.
Anjurkan kepada klien untuk bertanya
d.
Diskusikan obat-obatan : nama, dosis,
frekuensi pemberian, tujuan, efek toksik atau efek samping
e.
Jelaskan kebutuhan untuk menghindari
minum obat secara berlebihan tanpa pemeriksaan dokter
f.
Jelaskan kebutuhan untuk mempertahankan
keseimbangan diet
g.
Jelaskan kebutuhan terapi
3.4 Evaluasi
1. Perubahan
perfusi Jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
Kriteria
Evaluasi :
a. Memperlihatkan
tanda-tanda neurologi dalam batas normal
b. Sadar
dan berorientasi
c. Tidak
mengalami peningkatan tekanan intra cranial
2. Resiko
kurang perawatan diri, kebersihan, makan eliminasi dan atau mobilisasi
berhubungan dengan gangguan kognitif dan atau neurologi
Kriteria
Evaluasi :
a. Memiliki
kulit, rambut, mulut dan genitalia yang bersih
b. Terpenuhi
keinginan untuk eliminasi
c. Elakukan
pergerakan pada ekstremitas
3. Kecemasan
berhubungan dengan menerima ancaman biologi atau psikologi
Kriteria
Evaluasi :
a. Klien
tampak tenang dan dapat mengemukakan perasaan dan perhatiannya.
4. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan
penatalaksanaan perawatan di rumah
Kriteria evaluasi :
a. Mengungkapkan
secara verbal pengetahuannya tentang penatalaksanaan perawatan di rumah, proses
penyakit dan pengobatannya.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sebagai
bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang dapat
diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita
tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi,
tipe, lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat
penting untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanen.
DAFTAR
PUSTAKA
A.K.
Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap
Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia Press.
Syaifuddin.(1997).
Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat.
Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tarwoto,
Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan
Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Y.
D. Hartanto, S.kep., Ns. (2009). Laporan
Pendahuluan Tumor Cerebri. Jakarta : blogspot.com
Suddart, Brunner (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar