Selasa, 09 April 2013

Kanker Serviks


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang wanita. Kanker serviks disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia. Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker.
Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara  berkembang.Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang. Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
Peringkat kanker leher rahim di seluruh dunia menduduki urutan ke-2 diantara kanker pada perempuan setelah kanker payudara. Setiap tahun diperkirakan ada 500.000 perempuan ditemukan menderita kanker leher rahim dan setengahnya akan meninggal. Di tingkat dunia diperkirakan setiap dua menit ada seorang perempuan meninggal di Indonesia, berdasar data patologi kanker leher rahim menempati urutan pertama yang diderita perempuan. Diperkirakan setiap jam ada seorang perempuan meninggal akibat kanker.

1.2  Tujuan
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah:
1.2.1        Tujuan Umum
a.       Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta bagaimana cara menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien dengan gangguan kanker serviks ( leher rahim ).

1.2.2        Tujuan Khusus
a.       Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi pada pasien dengan gangguang kanker serviks ( leher rahim ).

1.3  Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa, masyarakat serta institusi mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks ( leher rahim ), serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Konsep Dasar Penyakit
2.1.1        Definisi
Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit tunggal yang dapat timbul dibagian tubuh mana saja, dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel. ( Marilynn E. Doenges,  Rencana Asuhan Keperawatan, 2000 ).
Kanker leher rahim / serviks adalah kanker kedua terganas yang menyebabkan kematian pada perempuan. ( Prof. Dr. Samsurizal Djauzi, SpPD. 2008 )
Kanker leher rahim / serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina ). ( Ratna Dewi Pudiastuti, Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan, 2010 ).

2.1.2        Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak terkendali.  Jika sel serviks terus membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks.  Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks:
1.      HPV (human papillomavirus)
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
2.      Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3.      Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini
4.      Berganti-ganti pasangan seksual
5.      Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks
6.      Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970)
7.      Gangguan sistem kekebalan
8.      Pemakaian pil KB
9.      Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
10.  Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap smear secara rutin)

2.1.3        Klasifikasi

Klasifikasi Internasional tentang Karsinoma Serviks
Tahapan Lesi
Lokasi
Deskripsi
Tahap 0
Karsinoma in situ
Kanker terbatas pada lapisan epitel ; tidak terdapat bukti invasi
Tahap I
Karsinoma yang hanya benar-benar ada di dalam serviks
Ukuran bukan merupakan kriteria
Tahap IA
Mikroinvasif
Tahap IB
Secara klinis jelas merupakan tahap I
Tahap II
Kanker vagina




Lesi telah menyebar di luar serviks hingga mengenai vagina ( bukan sepertiga bagian bawah ) atau area paraservikal pada salah satu sisi atau kedua sisi
Tahap IIA
Hanya perluasan vagina
Tahap IIB
Perluasan paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina
Tahap III
Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas ke salah satu atau kedua dinding pelvis
Penyakit nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding pelvis. Urogram IV menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIA
Meluas sampai sepertiga bagian bawah vagina aja
Tahap IIIB
Metastase karsinomatosa terisolasi yang dapat teraba pada dinding pelvis
Tahap IV
Perluasan kandung kemih






Perluasan rectal



Penyebaran jauh
Bukti – bukti bahwa karsinoma mengenai kandung kemih tampak pada pemeriksaan sistoskopi atau oleh adanya fistulasi vesikovagina.

Karsinoma menyebar keluar pelvis sejati ke organ lainnya.
Sumber : buku Keperawatan Medikal Bedah vol. 2 Brunner and Suddart, 2002
Selain sumber klasifikasi di atas ada juga klasifikasi kanker serviks / leher rahim menurut Wuto Koemo dan Liwu Sumanomo ( 2008 ) :
1.         Stage 0     : Ca.Pre invasive
2.         Stage I      : Ca. Terbatas pada serviks
3.         Stage Ia    : Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
4.         Stage Ib    : Semua kasus lainnya dari stage I
5.         Stage II    : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
  mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian
  proksimal
6.         Stage III   : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
7.         Stage IIIB            : Sudah mengenai organ-organ lain.

2.1.4        Manifestasi klinis
Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada saat tersebut akan timbul gejala sebagai berikut :
1.      Cepat lelah
2.      Nafsu makan berkurang
3.      Kehilangan berat badan
4.      Keluar air kemih atau tinja dari vagina
5.      Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan
6.      Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
7.      Pendarahan yang terjadi di luar senggama (Tingkat II dan III)
8.      Pendarahan spontan saat defekasi
9.      Pendarahan spontan pervaginaan
10.  Anemia akibat pendarahan berulang
11.  Rasa nyeri pada panggul, punggung atau tungkai akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.


2.1.5        Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwahuman papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)


2.1.7        Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut :
1.      Pap smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikspun menurun sampai lebih dari 50%.
Tes Pap merupakan salah satu pemeriksaan sel serviks untuk mengetahui perubahan sel, sampai mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Apusan sitologi pap diterima secara universal sebagai alat skrining kanker serviks. Metode ini peka terhadap pemantauan derajat perubahan pertumbuhan epitel serviks. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1 kali/2-3tahun. (Rasjidi Imam, 2008).
Hasil pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :
a.       Normal
b.      Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c.       Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d.      Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
e.       Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).

2.      Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
Biopsi memerlukan prosedur diagnostik yang penting sekalipun sitologi apusan serviks menunjukkan karsinoma. Spesimen diambil dari daerah tumor yang berbatasan dengan jaringan normal. Jaringan yang diambil diawetkan dengan formalin selanjutnya diproses melalui beberapa tahapan hingga jaringan menjadi sediaan yang siap untuk diperiksa secara mikroskopis. (Aziz, M.F., 2002)

3.      Kolposkopi  (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi adalah alat ginekologi yang digunakan untuk melihat perubahan stadium dan luas pertumbuhan abnormal epitel serviks. Metode ini mampu mendeteksi pra karsinoma serviks dengan akurasi diagnostik cukup tinggi (Erich B., 1991).
Kolposkopi hanya digunakan selektif pada sitologi Tes Pap abnormal yaitu displasia dan karsinoma in situ atau kasus yang mencurigakan maligna. Kombinasi kolposkopi dan tes Pap memberikan ketepatan diagnostic lebih kuat. Sensitivitas tes Pap dan kolposkopi masing-masing 55% dan 95% dan spesifisitas masing-masing 78,1% dan 99,7% (Erich B.,1991).

4.      Tes Schiller
Serviks diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.

5.      Konisasi
Jika pemeriksaan kolposkopi tidak memuaskan maka konisasi harus dilakukan yaitu pengawasan endoserviks dengan serat asetat selulosa di mana daerah abnormal ternyata masuk ke dalam kanalis servikalis (Erich B., 1991).

2.1.8        Penatalaksanaan
1.      Irradiasi
a.       Dapat dipakai untuk semua stadium
b.      Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c.       Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
d.      Dosis: penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak di serviks
e.       Komplikasi irradiasi: kerentanan kandungan kencing, diarrhea, perdarahan rectal, fistula vesico atau recto vaginalis

2.      Operasi
a.       Operasi limfadektomi untuk stadium 1 dan 2
b.      Operasi histerektomi vagina yang radikal

3.      Kombinasi
a.       Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, oedema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu menambah penyebaran ke sistem limfe dan peredaran darah

4.      Cytostatika
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari ca.serviks adalah resisten terhadap radio terapi, dianggap resisten bila 8-10 minggu post terapi kedaan masih tetap sama.

Selain penatalaksanaan diatas, ada juga perawatan yang paling umum untuk tahap awal kanker serviks adalah histerektomi radikal (operasi pengangkatan leher rahim dan rahim). Selain itu, ada juga alternatif terapi radiasi, yang biasanya diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi. Beberapa pasien dengan tahap awal kanker serviks dapat diobati dengan conization serviks atau histerektomi sederhana.
Untuk referensi tambahan, beberapa pasien mungkin juga menginginkan terapi alternative seperti pengobatan dengan menggunakan terapi herbal, obat Cina ataupun terapi dari berbagai tempat yang berbeda. Semuanya tergantung pada pasien dan saran dokter untuk memilih pengobatan yang tepat.

Penangan Kanker Serviks Dengan Pembedahan. Saat ini, pilihan pengobatan yang paling umum untuk kanker serviks adalah operasi pembedahan. Penanganan bedah ini berlaku untuk pasien dengan kanker leher rahim yang masih berada dalam tahap dini. Pembadahan biasanya dilakukan dengan histerektomi radikal yang berarti operasi pengangkatan bagian dari vagina, parametrium, dan kelenjar getah bening panggul bilateral, sedangkan jika ovarium pasien tidak memiliki lesi, maka ovarium tidak harus diangkat.

Keuntungan dari pelaksanaan operasi ini adalah bahwa hanya dengan operasi sekali, kanker dini dapat benar-benar dihilangkan dengan masa pengobatan singkat, sedangkan kelemahannya adalah daerah yang terlibat bisa menjadi sangat luas, di samping itu, setelah operasi, beberapa komplikasi seperti kesulitan dalam buang air kecil bisa terjadi, sehingga pasien perlu melewati masa penyembuhan sampai fungsi kembali normal.

Untuk pasien yang memilih pengobatan dengan pembedahan, perlu diketahui bahwa operasi kanker serviks ini biasanya berlangsung selama tiga jam. Kebanyakan wanita harus tinggal di rumah sakit selama dua sampai tiga hari setelah operasi.

Penanganan Dengan Radioterapi. Radioterapi dapat diterapkan untuk kanker serviks pada setiap tahap, termasuk kanker serviks stadium lanjut. Untuk pasien yang berusia lanjut dan orang-orang dengan fungsi jantung yang tidak bagus yang tidak dapat mentoleransi pembedahan, radioterapi merupakan pilihan pengobatan yang baik. Namun, radioterapi akan menyebabkan beberapa komplikasi, terutama termasuk rectitis radiasi dan sistitis, yang memerlukan pengobatan aktif dan penyembuhan sampai mereka perlahan-lahan pulih.

Di antara berbagai terapi radioterapi, terapi partikel radioaktif adalah salah satu pilihan pengobatan kanker serviks yang efektif. Kanker serviks adalah jenis kanker yang sensitif terhadap radiasi, oleh karena itu, baik kanker serviks awal atau lanjutan memiliki efek terapi yang baik. Terapi partikel radioaktif menempatkan partikel radioaktif di dalam tumor di bawah bimbingan CT atau USG B, dan kemudian partikel-partikel akan terus memancarkan radiasi untuk membunuh tumor dan memotong jalan untuk menyebar.

Karena banyaknya jenis kanker leher rahim maka akan diperlukan kerja yang keras dan lama untuk menentukan pengobatan yang tepat. Pasien tidak boleh putus asa, karena hanya dengan kerjasama aktif dengan dokter Anda dan kemudian memilih pengobatan yang tepat maka sebagian besar dari pasien dengan kanker leher rahim bisa berada di bawah kendali efektif.

Penanganan Kanker Leher Rahim dengan Terapi Lanjutan (Ajuvan) Radiasi dan kemoterapi
Jika sel-sel abnormal atau kanker leher rahim ditemukan pada margin (tepi) jaringan atau pada kelenjar getah bening yang akan dihilangkan, atau jika tumor memiliki fitur-fitur lainnya yang meningkatkan risiko kanker akan datang kembali, maka terapi lebih lanjut (ajuvan) akan disarankan oleh dokter. Terapi ini umumnya termasuk terapi radiasi dan kemoterapi.

Terapi radiasi — terapi radiasi (RT) mengacu pada penggunaan sinar berenergi tinggi untuk menghentikan pertumbuhan kanker. Dalam dunia kedokteran, terdapat dua cara untuk memberikan terapi radiasi yaitu brachytherapy dan terapi radiasi sinar eksternal (Therapy EBRT).

Brachytherapy — Brachytherapy merupakan terapi radiasi yang memberikan sinar radiasi dari perangkat yang ditempatkan di dalam vagina. Ini memberikan dosis radiasi yang tinggi untuk daerah di mana sel-sel kanker paling mungkin untuk diemukan, dengan harapan untuk meminimalkan efek radiasi pada jaringan sehat. Ada dua jenis brachytherapy vagina : brachyterapy vagina dengan dosis tingkat rendah dan terapi dengan dosis tingkat tinggi.

Tingkat dosis rendah brachytherapy menggunakan perangkat yang memberikan radiasi melalui vagina selama dua atau tiga hari, 24 jam per hari. Untuk menjalaninya, Anda harus tinggal di rumah sakit selama masa pengobatan ini.

Brachytherapy dosis tingkat tinggi juga menggunakan perangkat yang memberikan radiasi melalui vagina. Namun, perangkat ini diletakkan dalam vagina untuk hanya selama beberapa menit saja dalam waktu sekali sehari, dan pengobatan umumnya diulang tiga sampai lima kali. Perawatan ini biasanya diberikan sebagai rawat jalan, dan wanita yang mendapatkan brachytherapy dosis tinggi ini tidak perlu menginap semalam di rumah sakit. Anda biasanya dapat melanjutkan kegiatan normal sehari-hari selama pengobatan.

Terapi radiasi sinar eksternal (Therapy EBRT) — dengan terapi radiasi sinar eksternal (EBRT), sumber radiasi adalah luar tubuh (disebut sebagai radiasi “lapangan”) sehingga terapi ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan dirancang sedemikian rupa untuk membatasi jumlah radiasi yang diarahkan pada jaringan sehat.

Selama EBRT, tubuh Anda diposisikan di bawah mesin sinar-x dengan cara yang sama setiap hari, dan bidang radiasi terkena radiasi sinar untuk beberapa detik (mirip dengan melaksanakan proses pengecekan dengan sinar x-ray) sekali per jam sehari, lima hari seminggu selama lima sampai enam minggu. Hal ini dilakukan sebagai rawat jalan, dan Anda biasanya dapat melanjutkan kegiatan normal sehari-hari selama pengobatan.

Brachytherapy sendiri adalah perawatan yang memadai untuk menyembuhkan kanker serviks tahap awal. Pada wanita dengan penyakit yang lebih maju, EBRT umumnya ditambahkan ke brachytherapy untuk mengurangi kemungkinan kanker yang datang kembali.

Efek samping dari terapi radiasi-sisi jangka pendek mungkin mencakup :
a.       Merasa lelah
b.      Sering merasa perlu untuk buang air kecil
c.       Ketidaknyamanan saat buang air kecil
d.      Sering mengalami diare dan mengalami mulas karena usus sering bergerak
e.       Rambut kemaluan semakin sering rontok

Efek samping jangka panjang dapat mencakup :
a.       Kebocoran urine
b.      Rasa sakit atau pendarahan seiring dengan gerakan-gerakan usus
c.       Penyempitan atau adanya jaringan parut pada vagina, yang dapat menyebabkan rasa sakit selama seks

Kemoterapi Untuk Pengobatan Kanker Serviks. Kebanyakan wanita yang menjalani EBRT untuk kanker serviks akan juga menjalani proses kemoterapi selama terapi radiasi (pendekatan ini disebut kemoradioterapi). Obat kemoterapi adalah obat-obatan yang menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker.
Kemoterapi memiliki kemampuan untuk meningkatkan efek merusak terapi radiasi pada sel-sel kanker serviks; ketika obat kemoterapi digunakan dengan cara ini, mereka disebut sebagai “radiasi sensitizers”. Kemoterapi biasanya diberikan dalam vena (IV) sekali per minggu selama EBRT. Kemoterapi merupakan pengobatan yang bisa diandalkan untuk mengobati kanker leher rahim namun terapi ini juga mempunyai efek samping yang sama dengan terapi radiasi seperti rambut rontok, rasa sakit dan lain sebagainya.
Pengobatan Dengan Terapi Alternatif. Di Cina, operasi, kemoterapi, dan radiasi dianggap pengobatan yang layak untuk tumor dan kanker jinak dan ganas oleh dokter yang berusaha untuk mengintegrasikan metode Timur dan Barat. Pengobatan konvensional mungkin diperlukan untuk menangani situasi dalam waktu yang tersedia untuk pasien.
Menurut catatan Zhang Dai-Zhao, seorang spesialis dalam pengobatan kanker di Beijing, meskipun terapi energik Cina seperti jamu dan akupunktur mungkin dapat akhirnya membongkar masalah patologis, “mereka mungkin bisa memberikan waktu yang lebih lama untuk pasien.”
Banyak praktisi di China mengatakan bahwa hasil terbaik melawan kanker yang diperoleh dengan cara member serangan bersama yang menggabungkan obat Oriental dan Barat, dengan pasien melakukan diet yang cocok, yoga Cina, dan latihan terapi.
Dalam pengobatan klasik Cina, tidak ada konsep yang spesifik untuk obat kanker namun ada untuk tumor. Tonik nutrisi dan obat-obatan herbal banyak dikembangkan untuk mengurangi rasa sakit dan memperpanjang kelangsungan hidup dengan memperkuat pasukan kehidupan tubuh dan menangkap perkembangan tumor. Dokter Cina percaya bahwa penyebab kanker adalah beberapa, termasuk racun dan faktor lingkungan lainnya, yang disebut “penyebab eksternal,” serta “penyebab internal” seperti stres emosional, kebiasaan makan yang buruk, limbah akumulasi dari makanan, dan organ-organ yang rusak. Dua faktor utama adalah darah stagnan dan penyumbatan atau akumulasi chi, atau qi (chi diucapkan), energi vital berkata beredar sepanjang meridian, atau jalur, menghubungkan semua bagian tubuh.

2.1.9        Komplikasi
Komplikasi dari kanker serviks dapat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.         Sebagai efek samping pengobatan
a.         Menopause Dini
Jika ovarium mengalami pembedahan, atau jika rusak selama pengobatan dengan radioterapi, maka akan memicu menopause dini. Kebanyakan wanita mengalami menopause di awal usia lima puluhan.
Menopause terjadi ketika ovarium berhenti memproduksi hormon, estrogen dan progesteron. Hal ini bisa diatasi dengan memberikan obat yang merangsang produksi estrogen dan progesteron. Perawatan ini dikenal sebagai terapi penggantian hormon (HRT).


b.        Penyempitan vagina
Radioterapi untuk mengobati kanker serviks sering dapat menyebabkan vagina menjadi lebih sempit. Hal ini dapat membuat hubungan seks menyakitkan atau sulit.
Ada dua pilihan pengobatan utama jika pasien mengalami  vagina menyempit. Yang pertama adalah untuk mengoleskan krim hormon ke vagina pasien. Ini dapat meningkatkan kelembaban di dalam vagina pasien dan membuat hubungan seks lebih mudah.
Yang kedua adalah untuk menggunakan dilator vagina, yang merupakan perangkat berbentuk tampon yang terbuat dari plastik. Pasien memasukkannya ke dalam vagina dan dirancang untuk membantu membuat vagina lebih kenyal. Pasien biasanya dianjurkan untuk memasukkan dilator selamalima sampai 10 menit pada waktu siang hari secara teratur selama enam sampai 12 bulan.
c.         Limfedema
Jika kelenjar getah bening di panggul diangakat/dioperasi, kadang-kadang dapat mengganggu kerja normal dari sistem limfatik. Salah satu fungsi dari sistem limfatik adalah untuk membuang cairan yang berlebihan dari jaringan tubuh. Kehilangan kelenjar getah bening menyebabkan penumpukan cairan dalam jaringan. Hal ini dapat menyebabkan bagian-bagian tubuh tertentu menjadi bengkak, biasanya pada lengan dan kaki.
d.        Dampak Emosional
Dampak emosional hidup dengan kanker serviks dapat meningkat signifikan. Banyak orang melaporkan mengalami seperti efek roller-coaster.







2.             Akibat dari kanker serviks stadium lanjut
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada kasus kanker serviks stadium lanjut, antara lain :
a.         Nyeri
Jika kanker menyebar ke ujung saraf, tulang atau otot sering dapat menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa. Namun, sejumlah obat-obatan penghilang rasa sakit yang efektif biasanya dapat digunakan.
b.         Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang keluar dari tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan jaringan abnormal) dapat menekan ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin tertampung dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan ginjal menjadi bengkak dan rusak.
c.         Bekuan darah
Kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat darah ‘lebih lengket’ dan membuatnya lebih rentan terhadap penyumbatan. Istirahat di tempat tidur setelah operasi dan kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko mengalami penggumpalan darah sehingga menyumbat aliran darah.Biasanya terjadi pada ektermitas bawah.
d.        Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan pendarahan. Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian belakang), atau mungkin mengeluarkan darah ketika buang air kecil.
e.         Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun menyedihkan yang terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut.
Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara kandung kemih dan vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang antara vagina dan dubur.
f.         Keputihan
Komplikasi lain jarang tapi menyedihkan dari kanker serviks stadium lanjut adalah cairan berbau tidak menyenangkan dari vagina.


2.2    Konsep Dasar Keperawatan Pada Pasien Kanker Serviks Atau Kanker Leher Rahim
2.2.1        Pengkajian
1.        Data Demografi
Seperti biasa pada data demografi selalu menuliskan identitas pasien serta penanggung jawab pasien. Kanker serviks ini terjadi paling sering pada wanita di atas usia 30 sampai dengan 40 tahun. Namun tidak dapat di pungkiri juga bahwa ada banyak remaja yg dapat mengidap penyakit tersebut yg di karenakan pergaulan bebas. Kanker serviks atau leher rahim ini hanya diderita pada wanita / perempuan saja. Lebih rentan terjadi pada wanita yg berprofesi sebagai PSK ( Pelaku Seks Komersial ) karena mereka sering melakukan gonta ganti pasangan. ( Dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG ).
2.        Riwayat Sakit dan Kesehatan
a.         Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
b.        Riwayat penyakit sekarang
            Pasien mengeluh nyeri pada intra servikal, merasa lelah, letih, ada anemia, pasien seorang perokok & meminum alcohol, ada perubahan pola defekasi ( konstipasi ) serta nyeri saat berkemih, nyeri pada saat senggama dan terjadi pendarahan saat senggama, keputihan yang cair dan banyak serta bau yang khas, ada rasa kurang nafsu makan, penurunan berat badan, nyeri panggul.

c.         Riwayat penyakit dahulu
            Apakah pasien pernah mengalami kelainan menstruasi, lama, jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus ( bersenggama ), apakah pekerjaan yang dilakukan pasien
d.        Riwayat penyakit keluarga
            Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan kanker serviks / leher rahim.
e.         Pemeriksaan Fisik (fokus)
          Pemeriksaan fisik pada klien dengan kanker serviks / leher rahim meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a)      Pernafasan B1 (breath)
Pada kasus kanker serviks stadium lanjut atau ketika sel abnormal sudah mulai menyebar ke organ-organ lain ( tahap stadium 4 ), dapat menimbulkan sesak nafas.
b)      Kardiovaskular B2 (blood)
Adanya nyeri dada ( pada stadium lanjut ), bradikardi, dan tekanan darah rendah dikarenakan pendarahan pada daerah intra-servikal
c)      Persyarafan B3 (brain)
Penglihatan (mata)               : Penurunan penglihatan, penglihatan menurun  dikarenakan hemoglobin yang menurun, karna anemia, konjungtiva anemis.
Penciuman (hidung)             :Mengeluh bau pada keputihan yang banyak.
d)     Perkemihan B4 (bladder)
Biasanya pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, adanya pendarahan.

e)      Pencernaan B5 (bowel)
Biasanya nafsu makan menurun, porsi makan kurang, berat badan menurun, adanya konstipasi sehingga terjadi perubahan pola defekasi pada pasien.
f)       Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Biasanya ada nyeri pada bagian panggul sehingga sulit dalam bergerak dan beraktivitas.

3.        Pengelompokan Data
a.         Data Subjektif
a)         Biasanya pasien mengeluh nyeri pada daerah kewanitaan ( vagina – intra servikal )
b)        Biasanya pasien mengeluh kurang nafsu makan, dan berat badan menurun
c)         Biasanya pasien mengeluh terjadi pendarahan setelah ataupun tanpa melakukan senggama
d)        Biasanya pasien mengeluh ada keputihan yang berlebih dan cair serta berbau
e)         Biasanya pasien mengeluh susah BAB ( konstipasi )
f)         Biasanya pasien mengeluh nyeri pada saat BAK
g)        Biasanya pasien mengeluh nyeri panggul
h)        Biasanya pasien mengeluh cepat lelah
i)          Biasanya pasien mengeluh merasa cemas, khawatir dengan penyakit yang dialaminya
j)          Biasanya pasien sering bertanya mengenai penyakitnya
k)        Biasanya pasien mengungkapkan ada perubahan tubuh dan gaya hidupnya

b.        Data Objektif
a)         Biasanya terlihat konjungtiva anemis dan pucat
b)        Biasanya terlihat pasien menahan sakit
c)         Biasanya terlihat pasien lemas, letih
d)        Biasanya terlihat pasien meringis karena nyeri panggul
e)         Biasanya terlihat wajah pasien ekspresi cemas dan khawatir
f)         Biasanya pasien tidak menghabiskan porsi makan yang di sediakan
g)        Biasanya terjadi pendarahan pada vagina – intra servikal
h)        Biasanya pasien terlihat gelisah
i)          Biasanya pasien terlihat kurang percaya diri
j)          Biasanya berat badan pasien menurun

4.        Analisa Data
Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data, membandingkan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut diagnose keperawatan
NO
Problem
Etiologi
Symptom

DS :
Biasanya pasien mengeluh terjadi pendarahan setelah ataupun tanpa melakukan senggama, cepat lelah.

DO :
Biasanya terlihat konjungtiva anemis dan pucat, letih, lemas, ada pendarahan pada vagina




HPV ( human papiloma virus )

pH vagina menurun

metaplasia sel abnormal

pendarahan intraservikal

anemia
Gangguan perfusi Jaringan ( anemia )

DS :
Biasanya pasien mengeluh merasa cemas, khawatir dengan penyakit yang dialaminya

DO :
Biasanya terlihat wajah pasien ekspresi cemas dan khawatir, pasien tampak gelisah


Gangguan sosio-ekonomi  yg rendah
 



Kurangnya anggapan, kepahaman dan pengetahuan mengenai penyakit kanker


Bingung, gelisah
Ansietas

DS :
Biasanya pasien mengungkapkan ada perubahan tubuh dan gaya hidupnya

DO :
Biasanya pasien terlihat kurang percaya diri









Metaplasia sel abnormal
 


Trauma mekanis
 


Perubahan salah satu bentuk tubuh
( khususx bagian servikal )
 


Percaya diri rendah
Gangguan harga diri


DS :
Biasanya pasien mengeluh ada keputihan yang berlebih dan cair serta berbau, nyeri saat BAK dan susah BAB ( konstipasi )

DO :
Biasanya pada pasien terlihat pendarahan pada vagina

HPV ( human papiloma virus )
 


pH vagina rendah
 


metaplasia sel abnormal


pendarahan intraservikal
 


nyeri
Perubahan pola eliminasi

DS :
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada daerah kewanitaan ( vagina – intra servikal ), nyeri panggul, nyeri saat BAK

DO :
Biasanya terlihat pasien menahan sakit dan tampak meringis


metaplasia sel abnormal


pendarahan intraservikal

Nyeri

DS :
Biasanya pasien mengeluh kurang nafsu makan, dan berat badan menurun
DO :
Biasanya pasien tidak menghabiskan porsi makan yang di sediakan, terlihat berat badan pasien menurun




Perubahan pola eliminasi
 


Nyeri
 


Anorexia
 


Penurunan berat badan

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

DS :
Biasanya pasien sering bertanya mengenai penyakitnya



Kurangnya anggapan, kepahaman dan pengetahuan mengenai penyakit kanker
 


Cemas, khawatir sering bertanya

Kurang pengetahuan

2.2.2   Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang masalah pasien / klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat dari penyakit kanker serviks ini adalah :
a.         Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan  perdarahan intraservikal
b.         Ansietas  berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
c.         Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
d.        Perubahan eliminasi berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
e.         Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
f.          Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
g.         Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri

2.2.3   Perencanaan dan Pelaksanaan
1.    Gangguan perfusi jaringan (anemia) berhubungan dengan  perdarahan intraservikal
Tujuan :
Klien akan mempertahankan perfusi jaringan secara adekuat
Kriteria Hasil :
a.      Perdarahan intra servikal sudah berkurang
b.      Konjunctiva tidak pucat
c.       Mukosa bibir basah dan kemerahan
d.      Ektremitas hangat
e.       Hb dalam batas normal 11-15 gr %

Rencana dan Tindakan :
Intervensi
Rasional
Observasi tanda – tanda vital klien
Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
Untuk mengetahui tingkat respon verbal, motorik dan respon membuka mata
Cek Hemoglobin klien
Berpengaruh terhadap tingkat nervus VII facialis
Berikan oksigen jika pasien membutuhkan
Perubahan-perubahan ini menandakan ada perubahan tekanan intracranial dan penting untuk intervensi awal
Pemasangan vagina tampon
Untuk mendeteksi tanda-tanda syok, yang harus dilaporkan ke dokter untuk intervensi awal.
Pertahankan lingkungan yang tenang.
Lingkungan yang nyaman dapat membantu proses penyembuhan
Berikan obat-obatan sebagaimana programnya.
Di indikasikan untuk mengurangi nyeri, tetapi dapat digunakan dengan tujuan untuk membantu proses penyembuhan.

2.      Ansietas  berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
Tujuan :
Rasa cemas klien hilang dan tidak cemas lagi
Kriteria Hasil :
Menunjukkan  rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan cemas


Rencana dan Tindakan :
Intervensi
Rasional
Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman pada kanker.
Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep tentang diagnostik.
Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
Jelaskan pengobatan yang dianjurkan, tujuannya dan potensial efek samping.
Membantu pasien menyiapkan pengobatan dan dapat diajak bekerja sama dengan tim kesehatan
Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang
Memudahkan istirahat, menghemat nergi, dan mningkatkan kmampuan koping
Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan di buat

Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat

3.        Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
Tujuan :
Meningkatkan harga diri pasien
Kriteria Hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.
Rencana dan Tindakan :
Intervensi
Rasional
Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua dan sebagainya.
Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan.
Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien / orang terdekat
Membantu merencanakan perawatan saat di rumah sakit serta setelah pulang

4.        Perubahan eliminasi berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
Tujuan :
Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil :
Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.

Rencana dan Tindakan :
Intervensi
Rasional
Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).
Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih.

Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih di atas simpisis pubis menunjukkan retensi urine.
Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat pada perineum.
Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat mempermudah upaya berkemih.
Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK asenden.
Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
Pemasangan kateter bila diindikasikan
Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi kandung kemih.

5.        Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
Tujuan :
Nyeri / rasa sakit pasien hilang atau dapat berkurang
Kriteria Hasil :
Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal.

Rencana dan Tindakan
Intervensi
Rasional
Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.
Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.
Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan (misalnya musik, televisi).
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, sentuhan terapeutik)
Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol nyeri
Kembangkan rencana menejemen nyeri dengan pasien dan dokter
Rencana yang terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri.
Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun respon individual berbeda-beda.

6.        Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil :
Penambahan berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi

Rencana dan Tindakan
Intervensi
Rasional
Pantau masukan makanan setiap hari
Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
Ukur Tinggi Badan, Berat Badan setiap hari sesuai indikasi ( pengukuran antropometri )
Membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan cairan adekuat
Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
Anjurkan pasien untuk makan sedikit – sedikit tapi sering
Agar dapat mencukupi nutrisi pasien secara adekuat
Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan obat – obatan sesuai dengan indikasi
Membantu proses penyembuhan

7.        Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri
Tujuan :
Pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil :
Mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.

Rencana dan Tindakan
Intervensi
Rasional
Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan pengobatan
membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut

Berikan informasi yang jelas dan akurat
Membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan

Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep
Kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan mempengaruhi pengobatan/penurunan penyembuhan.

Tinjau ulang dengan pasien / orang terdekat pemahaman diagnose khusus, alternative pengobatan, dan sifat harapan
Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.

Lakukan evaluasi sebelum pulang ke ruma sesuai indikasi
Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengan memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang di perlukan


2.2.4   Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan pada pasien kanker serviks / leher rahim adalah :
a.         Ansietas pasien berkurang
b.         Meningkatkan harga diri pasien 
c.         Eliminasi kembali lancar seperti biasanya 
d.        Nyeri hilang/berkurang
e.         Tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
f.          Pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan.

3.2  Saran
1.      Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui penyebab, tanda gejala dari kanker serviks / leher rahim serta penanganannya agar dapat menghindari terjadinya kanker serviks baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya. Serta hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.
2.      Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat khususnya pada perempuan agar mampu untuk menjaga kesehatannya terutama jika ada infeksi pada system reproduksi pada sekitar daerah kewanitaan agar dapat cepat ditangani agar tidak menimbulkan penyakit kanker serviks.
3.      Bagi Institusi
Diharapkan makalah asuhan keperawatan ini dapat menjadi refrensi untuk menambah pengetahuan tentang penyakit kanker serviks / leher rahim tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia Press.
Suddart, Brunner (2002). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC
Pudiastuti, Ratna Dewi, (2010). Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan. Jakarta Barat : PT. Indeks
Kanker serviks ( online ). Tersedia : http://kankerserviks.or.id ( tanggal 31 Oktober 2012 )
Hacher, moore, (2001), Esensial obstetric dan ginekologi, Jakarta : Hypokrates
Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar