BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker
serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker
mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi
bagi kaum wanita. Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ
reproduksi seorang wanita. Kanker serviks disebabkan infeksi
virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma
manusia. Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif
berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks,
atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor
penyebab lainnya adalah menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal
dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker.
Karsinoma
serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel
skuamosa dan epitel sel kolumnar.Hingga saat ini kanker serviks merupakan
penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang.
Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila program skrining sitologi dan
pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar
500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di negara
berkembang.Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian
vaksinasi sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa
mendatang. Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti
perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker
serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang
kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.Insiden dan mortalitas
kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker payudara. sementara
itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara
berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian
wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik
skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining
belum lagi memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa
insiden kanker serviks masih tetap tinggi.
Peringkat
kanker leher rahim di seluruh dunia menduduki urutan ke-2 diantara kanker pada
perempuan setelah kanker payudara. Setiap tahun diperkirakan ada 500.000
perempuan ditemukan menderita kanker leher rahim dan setengahnya akan
meninggal. Di tingkat dunia diperkirakan setiap dua menit ada seorang perempuan
meninggal di Indonesia, berdasar data patologi kanker leher rahim menempati
urutan pertama yang diderita perempuan. Diperkirakan setiap jam ada seorang
perempuan meninggal akibat kanker.
1.2 Tujuan
Tujuan
penulisan laporan pendahuluan ini adalah:
1.2.1
Tujuan Umum
a. Untuk
menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta bagaimana cara menyusun
asuhan keperawatan pada pada pasien dengan gangguan kanker serviks ( leher
rahim ).
1.2.2
Tujuan Khusus
a. Agar
mahasiswa mampu melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi pada pasien
dengan gangguang kanker serviks ( leher rahim ).
1.3 Manfaat
Dengan adanya
makalah ini, diharapkan mahasiswa, masyarakat serta institusi mampu memahami
dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan kanker serviks ( leher rahim ),
serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1
Definisi
Kanker adalah istilah
umum yang digunakan untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan
merupakan kelompok penyakit tunggal yang dapat timbul dibagian tubuh mana saja,
dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi
dan maturasi sel. ( Marilynn E. Doenges,
Rencana Asuhan Keperawatan, 2000 ).
Kanker leher rahim /
serviks adalah kanker kedua terganas yang menyebabkan kematian pada perempuan.
( Prof. Dr. Samsurizal Djauzi, SpPD. 2008 )
Kanker leher rahim /
serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di leher rahim / serviks ( bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina ). ( Ratna Dewi
Pudiastuti, Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan, 2010 ).
2.1.2
Etiologi
Kanker
serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tak
terkendali. Jika sel serviks terus
membelah maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor yang bisa
bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut ganas, maka keadaannya disebut
kanker serviks. Penyebab terjadinya
kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks:
1. HPV
(human papillomavirus)
HPV adalah virus
penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.
3. Hubungan
seksual pertama dilakukan pada usia dini
4. Berganti-ganti
pasangan seksual
5. Suami/pasangan
seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18 tahun,
berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker
serviks
6. Pemakaian
DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak
digunakan pada tahun 1940-1970)
7. Gangguan
sistem kekebalan
8. Pemakaian
pil KB
9. Infeksi
herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun
10. Golongan
ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan Pap smear secara rutin)
2.1.3
Klasifikasi
Klasifikasi
Internasional tentang Karsinoma Serviks
|
||
Tahapan Lesi
|
Lokasi
|
Deskripsi
|
Tahap
0
|
Karsinoma
in situ
|
Kanker
terbatas pada lapisan epitel ; tidak terdapat bukti invasi
|
Tahap
I
|
Karsinoma
yang hanya benar-benar ada di dalam serviks
|
Ukuran
bukan merupakan kriteria
|
Tahap
IA
|
Mikroinvasif
|
|
Tahap
IB
|
Secara
klinis jelas merupakan tahap I
|
|
Tahap
II
|
Kanker
vagina
|
Lesi
telah menyebar di luar serviks hingga mengenai vagina ( bukan sepertiga
bagian bawah ) atau area paraservikal pada salah satu sisi atau kedua sisi
|
Tahap
IIA
|
Hanya
perluasan vagina
|
|
Tahap
IIB
|
Perluasan
paraservikal dengan atau tanpa mengenai vagina
|
|
Tahap
III
|
Kanker
mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah meluas ke salah satu atau
kedua dinding pelvis
|
Penyakit
nodus limfe yang teraba tidak merata pada dinding pelvis. Urogram IV
menunjukkan salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
|
Tahap
IIIA
|
Meluas
sampai sepertiga bagian bawah vagina aja
|
|
Tahap
IIIB
|
Metastase
karsinomatosa terisolasi yang dapat teraba pada dinding pelvis
|
|
Tahap
IV
|
Perluasan
kandung kemih
Perluasan
rectal
Penyebaran
jauh
|
Bukti
– bukti bahwa karsinoma mengenai kandung kemih tampak pada pemeriksaan
sistoskopi atau oleh adanya fistulasi vesikovagina.
Karsinoma
menyebar keluar pelvis sejati ke organ lainnya.
|
Sumber : buku
Keperawatan Medikal Bedah vol. 2 Brunner and Suddart, 2002
Selain
sumber klasifikasi di atas ada juga klasifikasi kanker serviks / leher rahim
menurut Wuto Koemo dan Liwu Sumanomo ( 2008 ) :
1.
Stage 0 :
Ca.Pre invasive
2.
Stage I :
Ca. Terbatas pada serviks
3.
Stage Ia :
Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara histopatologis
4.
Stage Ib :
Semua kasus lainnya dari stage I
5.
Stage II :
Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi
dua pertiga bagian
proksimal
6.
Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
7.
Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.
2.1.4
Manifestasi
klinis
Gejala biasanya baru
muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup
ke jaringan di sekitarnya. Pada saat tersebut akan timbul gejala sebagai
berikut :
1. Cepat
lelah
2. Nafsu
makan berkurang
3. Kehilangan
berat badan
4. Keluar
air kemih atau tinja dari vagina
5. Keputihan
yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan
6. Pendarahan
yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
7. Pendarahan
yang terjadi di luar senggama (Tingkat II dan III)
8. Pendarahan
spontan saat defekasi
9. Pendarahan
spontan pervaginaan
10. Anemia
akibat pendarahan berulang
11. Rasa
nyeri pada panggul, punggung atau tungkai akibat infiltrasi sel tumor ke
serabut syaraf.
2.1.5
Patofisiologi
Pada
masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel
kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan
epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi
akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK
baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah
di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau
bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase
aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini
biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari
agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwahuman
papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi
tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan
epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas
tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel.
Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan maturasi epitel skuamosa
yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan,
2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel
Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS
terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang;
dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis
NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari displasia
ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang
menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS
mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat
ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana yang
tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus
ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)
2.1.7
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala
dan hasil pemeriksaan berikut :
1. Pap
smear
Pap smear dapat
mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang
tidak terlalu mahal. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikspun menurun
sampai lebih dari 50%.
Tes Pap merupakan salah
satu pemeriksaan sel serviks untuk mengetahui perubahan sel, sampai mengarah
pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Apusan sitologi pap diterima secara
universal sebagai alat skrining kanker serviks. Metode ini peka terhadap
pemantauan derajat perubahan pertumbuhan epitel serviks. Setiap wanita yang
telah aktif secara seksual atau usianya telah mencapai 18 tahun, sebaiknya
menjalani Pap smear secara teratur yaitu 1 kali/tahun. Jika selama 3 kali
berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, Pap smear bisa dilakukan 1
kali/2-3tahun. (Rasjidi Imam, 2008).
Hasil
pemeriksaan Pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :
a. Normal
b. Displasia
ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
c. Displasia
berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
d. Karsinoma
in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar)
e. Kanker
invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke
organ tubuh lainnya).
2. Biopsi
Biopsi
dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada
serviks, atau jika Pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
Biopsi
memerlukan prosedur diagnostik yang penting sekalipun sitologi apusan serviks
menunjukkan karsinoma. Spesimen diambil dari daerah tumor yang berbatasan
dengan jaringan normal. Jaringan yang diambil diawetkan dengan formalin
selanjutnya diproses melalui beberapa tahapan hingga jaringan menjadi sediaan
yang siap untuk diperiksa secara mikroskopis. (Aziz, M.F., 2002)
3. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi
adalah alat ginekologi yang digunakan untuk melihat perubahan stadium dan luas
pertumbuhan abnormal epitel serviks. Metode ini mampu mendeteksi pra karsinoma
serviks dengan akurasi diagnostik cukup tinggi (Erich B., 1991).
Kolposkopi
hanya digunakan selektif pada sitologi Tes Pap abnormal yaitu displasia dan
karsinoma in situ atau kasus yang mencurigakan maligna. Kombinasi kolposkopi
dan tes Pap memberikan ketepatan diagnostic lebih kuat. Sensitivitas tes Pap
dan kolposkopi masing-masing 55% dan 95% dan spesifisitas masing-masing 78,1%
dan 99,7% (Erich B.,1991).
4. Tes
Schiller
Serviks
diolesi dengan lauran yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi
coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
5. Konisasi
Jika
pemeriksaan kolposkopi tidak memuaskan maka konisasi harus dilakukan yaitu
pengawasan endoserviks dengan serat asetat selulosa di mana daerah abnormal
ternyata masuk ke dalam kanalis servikalis (Erich B., 1991).
2.1.8
Penatalaksanaan
1.
Irradiasi
a. Dapat
dipakai untuk semua stadium
b. Dapat
dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak
menyebabkan kematian seperti operasi
d. Dosis:
penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak di serviks
e. Komplikasi
irradiasi: kerentanan kandungan kencing, diarrhea, perdarahan rectal, fistula
vesico atau recto vaginalis
2. Operasi
a. Operasi
limfadektomi untuk stadium 1 dan 2
b. Operasi
histerektomi vagina yang radikal
3. Kombinasi
a. Irradiasi
dan pembedahan
Tidak
dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, oedema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu menambah penyebaran ke
sistem limfe dan peredaran darah
4. Cytostatika
Bleomycin,
terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari ca.serviks
adalah resisten terhadap radio terapi, dianggap resisten bila 8-10 minggu post
terapi kedaan masih tetap sama.
Selain
penatalaksanaan diatas, ada juga perawatan yang paling umum untuk tahap awal
kanker serviks adalah histerektomi radikal (operasi pengangkatan leher rahim
dan rahim). Selain itu, ada juga alternatif terapi radiasi, yang biasanya
diberikan dalam kombinasi dengan kemoterapi. Beberapa pasien dengan tahap awal
kanker serviks dapat diobati dengan conization serviks atau histerektomi
sederhana.
Untuk
referensi tambahan, beberapa pasien mungkin juga menginginkan terapi
alternative seperti pengobatan dengan menggunakan terapi herbal, obat Cina
ataupun terapi dari berbagai tempat yang berbeda. Semuanya tergantung pada
pasien dan saran dokter untuk memilih pengobatan yang tepat.
Penangan Kanker Serviks Dengan
Pembedahan. Saat ini, pilihan pengobatan yang paling umum
untuk kanker serviks adalah operasi pembedahan. Penanganan bedah ini berlaku
untuk pasien dengan kanker leher rahim yang masih berada dalam tahap dini.
Pembadahan biasanya dilakukan dengan histerektomi radikal yang berarti operasi
pengangkatan bagian dari vagina, parametrium, dan kelenjar getah bening panggul
bilateral, sedangkan jika ovarium pasien tidak memiliki lesi, maka ovarium
tidak harus diangkat.
Keuntungan
dari pelaksanaan operasi ini adalah bahwa hanya dengan operasi sekali, kanker
dini dapat benar-benar dihilangkan dengan masa pengobatan singkat, sedangkan
kelemahannya adalah daerah yang terlibat bisa menjadi sangat luas, di samping
itu, setelah operasi, beberapa komplikasi seperti kesulitan dalam buang air
kecil bisa terjadi, sehingga pasien perlu melewati masa penyembuhan sampai
fungsi kembali normal.
Untuk
pasien yang memilih pengobatan dengan pembedahan, perlu diketahui bahwa operasi
kanker serviks ini biasanya berlangsung selama tiga jam. Kebanyakan wanita
harus tinggal di rumah sakit selama dua sampai tiga hari setelah operasi.
Penanganan Dengan Radioterapi.
Radioterapi dapat diterapkan untuk kanker serviks pada setiap tahap, termasuk
kanker serviks stadium lanjut. Untuk pasien yang berusia lanjut dan orang-orang
dengan fungsi jantung yang tidak bagus yang tidak dapat mentoleransi
pembedahan, radioterapi merupakan pilihan pengobatan yang baik. Namun,
radioterapi akan menyebabkan beberapa komplikasi, terutama termasuk rectitis
radiasi dan sistitis, yang memerlukan pengobatan aktif dan penyembuhan sampai
mereka perlahan-lahan pulih.
Di
antara berbagai terapi radioterapi, terapi partikel radioaktif adalah salah
satu pilihan pengobatan kanker serviks yang efektif. Kanker serviks adalah
jenis kanker yang sensitif terhadap radiasi, oleh karena itu, baik kanker
serviks awal atau lanjutan memiliki efek terapi yang baik. Terapi partikel
radioaktif menempatkan partikel radioaktif di dalam tumor di bawah bimbingan CT
atau USG B, dan kemudian partikel-partikel akan terus memancarkan radiasi untuk
membunuh tumor dan memotong jalan untuk menyebar.
Karena
banyaknya jenis kanker leher rahim maka akan diperlukan kerja yang keras dan
lama untuk menentukan pengobatan yang tepat. Pasien tidak boleh putus asa,
karena hanya dengan kerjasama aktif dengan dokter Anda dan kemudian memilih
pengobatan yang tepat maka sebagian besar dari pasien dengan kanker leher rahim
bisa berada di bawah kendali efektif.
Penanganan Kanker Leher Rahim dengan Terapi Lanjutan (Ajuvan) Radiasi dan kemoterapi
Jika
sel-sel abnormal atau kanker leher rahim ditemukan pada margin (tepi) jaringan
atau pada kelenjar getah bening yang akan dihilangkan, atau jika tumor memiliki
fitur-fitur lainnya yang meningkatkan risiko kanker akan datang kembali, maka
terapi lebih lanjut (ajuvan) akan disarankan oleh dokter. Terapi ini umumnya
termasuk terapi radiasi dan kemoterapi.
Terapi radiasi — terapi radiasi
(RT)
mengacu pada penggunaan sinar berenergi tinggi untuk menghentikan pertumbuhan
kanker. Dalam dunia kedokteran, terdapat dua cara untuk memberikan terapi
radiasi yaitu brachytherapy dan terapi radiasi sinar eksternal (Therapy EBRT).
Brachytherapy — Brachytherapy
merupakan terapi radiasi yang memberikan sinar radiasi dari perangkat yang
ditempatkan di dalam vagina. Ini memberikan dosis radiasi yang tinggi untuk
daerah di mana sel-sel kanker paling mungkin untuk diemukan, dengan harapan
untuk meminimalkan efek radiasi pada jaringan sehat. Ada dua jenis
brachytherapy vagina : brachyterapy vagina dengan dosis tingkat rendah dan
terapi dengan dosis tingkat tinggi.
Tingkat dosis rendah brachytherapy
menggunakan perangkat yang memberikan radiasi melalui vagina selama dua atau
tiga hari, 24 jam per hari. Untuk menjalaninya, Anda harus tinggal di rumah sakit
selama masa pengobatan ini.
Brachytherapy dosis tingkat tinggi
juga menggunakan perangkat yang memberikan radiasi melalui vagina. Namun,
perangkat ini diletakkan dalam vagina untuk hanya selama beberapa menit saja
dalam waktu sekali sehari, dan pengobatan umumnya diulang tiga sampai lima
kali. Perawatan ini biasanya diberikan sebagai rawat jalan, dan wanita yang
mendapatkan brachytherapy dosis tinggi ini tidak perlu menginap semalam di
rumah sakit. Anda biasanya dapat melanjutkan kegiatan normal sehari-hari selama
pengobatan.
Terapi radiasi sinar eksternal (Therapy
EBRT) — dengan terapi radiasi sinar eksternal (EBRT),
sumber radiasi adalah luar tubuh (disebut sebagai radiasi “lapangan”) sehingga
terapi ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan dirancang sedemikian
rupa untuk membatasi jumlah radiasi yang diarahkan pada jaringan sehat.
Selama
EBRT, tubuh Anda diposisikan di bawah mesin sinar-x dengan cara yang sama
setiap hari, dan bidang radiasi terkena radiasi sinar untuk beberapa detik
(mirip dengan melaksanakan proses pengecekan dengan sinar x-ray) sekali per jam
sehari, lima hari seminggu selama lima sampai enam minggu. Hal ini dilakukan
sebagai rawat jalan, dan Anda biasanya dapat melanjutkan kegiatan normal
sehari-hari selama pengobatan.
Brachytherapy sendiri
adalah perawatan yang memadai untuk menyembuhkan kanker serviks tahap awal.
Pada wanita dengan penyakit yang lebih maju, EBRT umumnya ditambahkan ke
brachytherapy untuk mengurangi kemungkinan kanker yang datang kembali.
Efek
samping dari terapi radiasi-sisi jangka pendek mungkin mencakup :
a. Merasa
lelah
b. Sering
merasa perlu untuk buang air kecil
c. Ketidaknyamanan
saat buang air kecil
d. Sering
mengalami diare dan mengalami mulas karena usus sering bergerak
e. Rambut
kemaluan semakin sering rontok
Efek
samping jangka panjang dapat mencakup :
a. Kebocoran
urine
b. Rasa
sakit atau pendarahan seiring dengan gerakan-gerakan usus
c. Penyempitan
atau adanya jaringan parut pada vagina, yang dapat menyebabkan rasa sakit
selama seks
Kemoterapi Untuk Pengobatan Kanker
Serviks. Kebanyakan wanita yang menjalani EBRT untuk kanker
serviks akan juga menjalani proses kemoterapi selama terapi radiasi (pendekatan
ini disebut kemoradioterapi). Obat kemoterapi adalah obat-obatan yang
menghentikan atau memperlambat pertumbuhan sel kanker.
Kemoterapi
memiliki kemampuan untuk meningkatkan efek merusak terapi radiasi pada sel-sel
kanker serviks; ketika obat kemoterapi digunakan dengan cara ini, mereka
disebut sebagai “radiasi sensitizers”. Kemoterapi biasanya diberikan dalam vena
(IV) sekali per minggu selama EBRT. Kemoterapi merupakan pengobatan yang bisa
diandalkan untuk mengobati kanker leher rahim namun terapi ini juga mempunyai
efek samping yang sama dengan terapi radiasi seperti rambut rontok, rasa sakit
dan lain sebagainya.
Pengobatan Dengan Terapi Alternatif.
Di Cina, operasi, kemoterapi, dan radiasi dianggap pengobatan yang layak untuk
tumor dan kanker jinak dan ganas oleh dokter yang berusaha untuk
mengintegrasikan metode Timur dan Barat. Pengobatan konvensional mungkin
diperlukan untuk menangani situasi dalam waktu yang tersedia untuk pasien.
Menurut
catatan Zhang Dai-Zhao, seorang spesialis dalam pengobatan kanker di Beijing,
meskipun terapi energik Cina seperti jamu dan akupunktur mungkin dapat akhirnya
membongkar masalah patologis, “mereka mungkin bisa memberikan waktu yang lebih
lama untuk pasien.”
Banyak
praktisi di China mengatakan bahwa hasil terbaik melawan kanker yang diperoleh
dengan cara member serangan bersama yang menggabungkan obat Oriental dan Barat,
dengan pasien melakukan diet yang cocok, yoga Cina, dan latihan terapi.
Dalam
pengobatan klasik Cina, tidak ada konsep yang spesifik untuk obat kanker namun
ada untuk tumor. Tonik nutrisi dan obat-obatan herbal banyak dikembangkan untuk
mengurangi rasa sakit dan memperpanjang kelangsungan hidup dengan memperkuat
pasukan kehidupan tubuh dan menangkap perkembangan tumor. Dokter Cina percaya
bahwa penyebab kanker adalah beberapa, termasuk racun dan faktor lingkungan
lainnya, yang disebut “penyebab eksternal,” serta “penyebab internal” seperti
stres emosional, kebiasaan makan yang buruk, limbah akumulasi dari makanan, dan
organ-organ yang rusak. Dua faktor utama adalah darah stagnan dan penyumbatan
atau akumulasi chi, atau qi (chi diucapkan), energi vital berkata beredar
sepanjang meridian, atau jalur, menghubungkan semua bagian tubuh.
2.1.9
Komplikasi
1.
Sebagai efek samping pengobatan
a.
Menopause Dini
Jika
ovarium mengalami pembedahan, atau jika rusak selama pengobatan dengan
radioterapi, maka akan memicu menopause dini. Kebanyakan wanita mengalami menopause
di awal usia lima puluhan.
Menopause
terjadi ketika ovarium berhenti memproduksi hormon, estrogen dan progesteron.
Hal ini bisa diatasi dengan memberikan obat yang merangsang produksi estrogen
dan progesteron. Perawatan ini dikenal sebagai terapi penggantian hormon (HRT).
b.
Penyempitan vagina
Radioterapi
untuk mengobati kanker serviks sering dapat menyebabkan vagina menjadi lebih
sempit. Hal ini dapat membuat hubungan seks menyakitkan atau sulit.
Ada
dua pilihan pengobatan utama jika pasien mengalami vagina menyempit. Yang pertama adalah untuk mengoleskan
krim hormon ke vagina pasien. Ini dapat meningkatkan kelembaban di dalam vagina
pasien dan membuat hubungan seks lebih mudah.
Yang kedua
adalah untuk menggunakan dilator vagina, yang merupakan perangkat berbentuk
tampon yang terbuat dari plastik. Pasien memasukkannya ke dalam vagina dan
dirancang untuk membantu membuat vagina lebih kenyal. Pasien biasanya
dianjurkan untuk memasukkan dilator selamalima sampai 10 menit pada waktu siang
hari secara teratur selama enam sampai 12 bulan.
c.
Limfedema
Jika
kelenjar getah bening di panggul diangakat/dioperasi, kadang-kadang dapat
mengganggu kerja normal dari sistem limfatik. Salah satu fungsi dari sistem
limfatik adalah untuk membuang cairan yang berlebihan dari jaringan tubuh.
Kehilangan kelenjar getah bening menyebabkan penumpukan cairan dalam jaringan.
Hal ini dapat menyebabkan bagian-bagian tubuh tertentu menjadi bengkak,
biasanya pada lengan dan kaki.
d.
Dampak Emosional
Dampak
emosional hidup dengan kanker serviks dapat meningkat signifikan. Banyak orang
melaporkan mengalami seperti efek roller-coaster.
2.
Akibat dari kanker serviks stadium lanjut
Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi pada kasus kanker serviks stadium lanjut, antara
lain :
a.
Nyeri
Jika
kanker menyebar ke ujung saraf, tulang atau otot sering dapat menyebabkan rasa
nyeri yang luar biasa. Namun, sejumlah obat-obatan penghilang rasa sakit yang
efektif biasanya dapat digunakan.
b.
Gagal ginjal
Ginjal
menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang keluar dari tubuh dalam
urin melalui tabung yang disebut ureter. Dalam beberapa kasus kanker serviks
stadium lanjut, tumor kanker (pertumbuhan jaringan abnormal) dapat menekan
ureter, menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin tertampung
dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan ginjal menjadi
bengkak dan rusak.
c.
Bekuan darah
Kanker
serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat darah ‘lebih lengket’ dan
membuatnya lebih rentan terhadap penyumbatan. Istirahat di tempat tidur setelah
operasi dan kemoterapi juga dapat meningkatkan risiko mengalami penggumpalan
darah sehingga menyumbat aliran darah.Biasanya terjadi pada ektermitas bawah.
d.
Pendarahan
Jika
kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat menyebabkan kerusakan
yang signifikan, mengakibatkan pendarahan. Perdarahan dapat terjadi pada
vagina, rektum (bagian belakang), atau mungkin mengeluarkan darah ketika buang
air kecil.
e.
Fistula
Fistula
merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun menyedihkan yang terjadi di
sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks stadium lanjut.
Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara kandung kemih dan vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang antara vagina dan dubur.
Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh. Dalam kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks, fistula berkembang antara kandung kemih dan vagina. Dan kadang-kadang fistula berkembang antara vagina dan dubur.
f.
Keputihan
Komplikasi
lain jarang tapi menyedihkan dari kanker serviks stadium lanjut adalah cairan
berbau tidak menyenangkan dari vagina.
2.2
Konsep
Dasar Keperawatan Pada Pasien Kanker Serviks Atau Kanker Leher Rahim
2.2.1
Pengkajian
1.
Data
Demografi
Seperti
biasa pada data demografi selalu menuliskan identitas pasien serta penanggung
jawab pasien. Kanker serviks ini terjadi paling sering pada wanita di atas usia
30 sampai dengan 40 tahun. Namun tidak dapat di pungkiri juga bahwa ada banyak
remaja yg dapat mengidap penyakit tersebut yg di karenakan pergaulan bebas. Kanker
serviks atau leher rahim ini hanya diderita pada wanita / perempuan saja. Lebih
rentan terjadi pada wanita yg berprofesi sebagai PSK ( Pelaku Seks Komersial )
karena mereka sering melakukan gonta ganti pasangan. ( Dr. Boyke Dian Nugraha,
SpOG ).
2.
Riwayat
Sakit dan Kesehatan
a.
Keluhan
utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan intra
servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
b.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada intra servikal,
merasa lelah, letih, ada anemia, pasien seorang perokok & meminum alcohol,
ada perubahan pola defekasi ( konstipasi ) serta nyeri saat berkemih, nyeri
pada saat senggama dan terjadi pendarahan saat senggama, keputihan yang cair
dan banyak serta bau yang khas, ada rasa kurang nafsu makan, penurunan berat
badan, nyeri panggul.
c.
Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami kelainan menstruasi, lama, jumlah dan
warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar
setelah koitus ( bersenggama ), apakah pekerjaan yang dilakukan pasien
d.
Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh
anggota keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang,
yaitu riwayat keluarga dengan kanker serviks / leher rahim.
e.
Pemeriksaan Fisik (fokus)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan
kanker serviks / leher rahim meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari
observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
a)
Pernafasan B1 (breath)
Pada
kasus kanker serviks stadium lanjut atau ketika sel abnormal sudah mulai
menyebar ke organ-organ lain ( tahap stadium 4 ), dapat menimbulkan sesak
nafas.
b)
Kardiovaskular B2 (blood)
Adanya
nyeri dada ( pada stadium lanjut ), bradikardi, dan tekanan darah rendah
dikarenakan pendarahan pada daerah intra-servikal
c)
Persyarafan B3 (brain)
Penglihatan
(mata) : Penurunan penglihatan,
penglihatan menurun dikarenakan hemoglobin
yang menurun, karna anemia, konjungtiva anemis.
Penciuman
(hidung) :Mengeluh bau pada
keputihan yang banyak.
d)
Perkemihan B4 (bladder)
Biasanya
pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil, adanya pendarahan.
e)
Pencernaan B5 (bowel)
Biasanya
nafsu makan menurun, porsi makan kurang, berat badan menurun, adanya konstipasi
sehingga terjadi perubahan pola defekasi pada pasien.
f)
Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
Biasanya
ada nyeri pada bagian panggul sehingga sulit dalam bergerak dan beraktivitas.
3.
Pengelompokan
Data
a.
Data Subjektif
a)
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada
daerah kewanitaan ( vagina – intra servikal )
b)
Biasanya pasien mengeluh kurang nafsu
makan, dan berat badan menurun
c)
Biasanya pasien mengeluh terjadi
pendarahan setelah ataupun tanpa melakukan senggama
d)
Biasanya pasien mengeluh ada keputihan
yang berlebih dan cair serta berbau
e)
Biasanya pasien mengeluh susah BAB (
konstipasi )
f)
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada saat
BAK
g)
Biasanya pasien mengeluh nyeri panggul
h)
Biasanya pasien mengeluh cepat lelah
i)
Biasanya pasien mengeluh merasa cemas,
khawatir dengan penyakit yang dialaminya
j)
Biasanya pasien sering bertanya mengenai
penyakitnya
k)
Biasanya pasien mengungkapkan ada
perubahan tubuh dan gaya hidupnya
b.
Data Objektif
a)
Biasanya terlihat konjungtiva anemis dan
pucat
b)
Biasanya terlihat pasien menahan sakit
c)
Biasanya terlihat pasien lemas, letih
d)
Biasanya terlihat pasien meringis karena
nyeri panggul
e)
Biasanya terlihat wajah pasien ekspresi
cemas dan khawatir
f)
Biasanya pasien tidak menghabiskan porsi
makan yang di sediakan
g)
Biasanya terjadi pendarahan pada vagina
– intra servikal
h)
Biasanya pasien terlihat gelisah
i)
Biasanya pasien terlihat kurang percaya
diri
j)
Biasanya berat badan pasien menurun
4.
Analisa
Data
Analisa data merupakan proses
intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan,
mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data,
membandingkan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan.
Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang disebut
diagnose keperawatan
NO
|
Problem
|
Etiologi
|
Symptom
|
|||||||||
|
DS :
Biasanya pasien
mengeluh terjadi pendarahan setelah ataupun tanpa melakukan senggama, cepat
lelah.
DO :
Biasanya terlihat
konjungtiva anemis dan pucat, letih, lemas, ada pendarahan pada vagina
|
HPV ( human papiloma virus )
pH vagina menurun
metaplasia sel abnormal
pendarahan intraservikal
anemia
|
Gangguan perfusi
Jaringan ( anemia )
|
|||||||||
|
DS :
Biasanya pasien
mengeluh merasa cemas, khawatir dengan penyakit yang dialaminya
DO :
Biasanya terlihat
wajah pasien ekspresi cemas dan khawatir, pasien tampak gelisah
|
Gangguan
sosio-ekonomi yg rendah
Kurangnya anggapan,
kepahaman dan pengetahuan mengenai penyakit kanker
Bingung,
gelisah
|
Ansietas
|
|||||||||
|
DS :
Biasanya pasien
mengungkapkan ada perubahan tubuh dan gaya hidupnya
DO :
Biasanya pasien
terlihat kurang percaya diri
|
Metaplasia sel
abnormal
Trauma mekanis
Perubahan
salah satu bentuk tubuh
( khususx
bagian servikal )
Percaya diri
rendah
|
Gangguan harga diri
|
|||||||||
|
DS :
Biasanya pasien
mengeluh ada keputihan yang berlebih dan cair serta berbau, nyeri saat BAK
dan susah BAB ( konstipasi )
DO :
Biasanya pada pasien
terlihat pendarahan pada vagina
|
HPV ( human papiloma
virus )
pH vagina
rendah
metaplasia sel
abnormal
pendarahan
intraservikal
nyeri
|
Perubahan pola
eliminasi
|
|||||||||
|
DS :
Biasanya pasien
mengeluh nyeri pada daerah kewanitaan ( vagina – intra servikal ), nyeri
panggul, nyeri saat BAK
DO :
Biasanya terlihat
pasien menahan sakit dan tampak meringis
|
metaplasia sel
abnormal
pendarahan
intraservikal
|
Nyeri
|
|||||||||
|
DS :
Biasanya pasien
mengeluh kurang nafsu makan, dan berat badan menurun
DO :
Biasanya pasien tidak
menghabiskan porsi makan yang di sediakan, terlihat berat badan pasien
menurun
|
Perubahan
pola eliminasi
Nyeri
Anorexia
Penurunan berat badan
|
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
|||||||||
|
DS :
Biasanya pasien
sering bertanya mengenai penyakitnya
|
Kurangnya
anggapan, kepahaman dan pengetahuan mengenai penyakit kanker
Cemas,
khawatir sering bertanya
|
Kurang pengetahuan
|
2.2.2
Diagnosa
Keperawatan
Diagnose keperawatan
adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang masalah pasien / klien
serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan
keperawatan
Diagnosa
yang dapat diangkat dari penyakit kanker serviks ini adalah :
a.
Gangguan perfusi jaringan (anemia)
berhubungan dengan perdarahan
intraservikal
b.
Ansietas berhubungan dengan
diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan
bentuk tubuh.
c.
Gangguan harga diri berhubungan dengan
perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
d.
Perubahan eliminasi berhubungan dengan
trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma,
gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
e.
Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan
terapi tambahan lainnya.
f.
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan
konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
g.
Kurangnya pengetahuan tentang
aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri
2.2.3
Perencanaan
dan Pelaksanaan
1.
Gangguan perfusi jaringan (anemia)
berhubungan dengan perdarahan
intraservikal
Tujuan :
Klien
akan mempertahankan perfusi jaringan secara adekuat
Kriteria Hasil :
a.
Perdarahan intra servikal sudah
berkurang
b.
Konjunctiva tidak pucat
c.
Mukosa bibir basah dan kemerahan
d.
Ektremitas hangat
e.
Hb dalam batas normal 11-15 gr %
Rencana dan
Tindakan :
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi tanda –
tanda vital klien
|
Untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
|
Observasi perdarahan
( jumlah, warna, lama )
|
Untuk mengetahui
tingkat respon verbal, motorik dan respon membuka mata
|
Cek Hemoglobin klien
|
Berpengaruh terhadap
tingkat nervus VII facialis
|
Berikan oksigen jika
pasien membutuhkan
|
Perubahan-perubahan
ini menandakan ada perubahan tekanan intracranial dan penting untuk intervensi
awal
|
Pemasangan vagina
tampon
|
Untuk mendeteksi
tanda-tanda syok, yang harus dilaporkan ke dokter untuk intervensi awal.
|
Pertahankan
lingkungan yang tenang.
|
Lingkungan yang
nyaman dapat membantu proses penyembuhan
|
Berikan obat-obatan
sebagaimana programnya.
|
Di indikasikan untuk
mengurangi nyeri, tetapi dapat digunakan dengan tujuan untuk membantu proses
penyembuhan.
|
2. Ansietas berhubungan
dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan femininitas dan
perubahan bentuk tubuh.
Tujuan :
Rasa
cemas klien hilang dan tidak cemas lagi
Kriteria Hasil :
Menunjukkan rentang yang
tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan cemas
Rencana
dan Tindakan :
Intervensi
|
Rasional
|
Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat
sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada
pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.
|
Membantu dalam identifikasi rasa takut dan
kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman pada kanker.
|
Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
|
Memberikan kesempatan
untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep tentang
diagnostik.
|
Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai
prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.
|
Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan
pasien membuat keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
|
Jelaskan pengobatan
yang dianjurkan, tujuannya dan potensial efek samping.
|
Membantu pasien
menyiapkan pengobatan dan dapat diajak bekerja sama dengan tim kesehatan
|
Tingkatkan rasa
tenang dan lingkungan tenang
|
Memudahkan istirahat,
menghemat nergi, dan mningkatkan kmampuan koping
|
Libatkan orang
terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan di buat
|
Menjamin system
pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat dengan tepat
|
3.
Gangguan harga diri berhubungan dengan
perubahan seksualitas, fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.
Tujuan :
Meningkatkan
harga diri pasien
Kriteria Hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri
dalam situasi.
Rencana
dan Tindakan :
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah
tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tua
dan sebagainya.
|
Dapat membantu menurunkan masalah yang
mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
|
Berikan informasi bahwa konseling sering perlu
dan penting dalam proses adaptasi.
|
Memvalidasi realita perasaan pasien dan
memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
|
Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang
terdekat selama tes diagnostik dan fase pengobatan.
|
Meskipun beberapa pasien
beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi,
banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
|
Rujuk pasien/orang
terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).
|
Kelompok pendukung
biasanya sangat menguntungkan baik untuk pasien/ orang terdekat, memberikan
kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan
dan/atau pemulihan.
|
Evaluasi struktur
pendukung yang ada dan digunakan oleh pasien / orang terdekat
|
Membantu merencanakan
perawatan saat di rumah sakit serta setelah pulang
|
4.
Perubahan eliminasi berhubungan dengan
trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma,
gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
Tujuan :
Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
Kriteria Hasil :
Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan
tuntas.
Rencana dan Tindakan :
Intervensi
|
Rasional
|
Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran
urine.
|
Dapat mengindikasikan retensi urine bila
berkemih dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).
|
Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan
ketidaknyaman, penuh ketidakmampuan berkemih.
|
Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung
kemih di atas simpisis pubis menunjukkan retensi urine.
|
Berikan tindakan berkemih rutin, posisi
normal, aliran air pada baskom, penyiraman air hangat pada perineum.
|
Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat
mempermudah upaya berkemih.
|
Berikan perawatan kebersihan perineal dan
perawatan kateter.
|
Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK
asenden.
|
Kaji karakteristik urine, perhatikan warna,
kejernihan, bau.
|
Retensi urine, drainase vagina, dan
kemungkinan adanya kateter intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko
infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
|
Pemasangan kateter bila diindikasikan
|
Edema atau pengaruh suplai saraf dapat
menyebabkan atoni kandungan kemih/retensi kandung kemih memerlukan dekompresi
kandung kemih.
|
5.
Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan
terapi tambahan lainnya.
Tujuan
:
Nyeri / rasa sakit pasien hilang atau dapat
berkurang
Kriteria
Hasil :
Melaporkan
penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal.
Rencana dan Tindakan
Intervensi
|
Rasional
|
Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi
uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan
yang digunakan.
|
Informasi memberikan data dasar untuk
mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.
|
Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya
reposisi, gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan (misalnya musik,
televisi).
|
Meningkatkan
relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
|
Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri
(teknik relaksasi, sentuhan terapeutik)
|
Memungkinkan
pasien berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol nyeri
|
Kembangkan rencana
menejemen nyeri dengan pasien dan dokter
|
Rencana yang
terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri.
|
Kolaborasikan dengan tim medis untuk
memberikan analgesik sesuai dengan indikasi
|
Nyeri adalah komplikasi sering dari
kanker,meskipun respon individual berbeda-beda.
|
6.
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan
konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
Tujuan
:
Tidak
terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil :
Penambahan
berat badan progresif ke arah tujuan normalisasi
Rencana dan Tindakan
Intervensi
|
Rasional
|
Pantau masukan makanan setiap hari
|
Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
|
Ukur Tinggi Badan, Berat Badan setiap hari
sesuai indikasi ( pengukuran antropometri )
|
Membantu mengidentifikasi malnutrisi
protein-kalori
|
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya
nutrien, dengan masukan cairan adekuat
|
Kebutuhan jaringan
metabolik ditingkatkan begitu juga dengan cairan
|
Anjurkan pasien untuk
makan sedikit – sedikit tapi sering
|
Agar dapat mencukupi
nutrisi pasien secara adekuat
|
Kolaborasikan dengan tim medis untuk
memberikan obat – obatan sesuai dengan indikasi
|
Membantu proses penyembuhan
|
7.
Kurangnya pengetahuan tentang
aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri
Tujuan
:
Pasien
mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
Kriteria Hasil :
Mengungkapkan informasi
yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan dan melakukan dengan benar
prosedur yang diperlukan.
Rencana dan Tindakan
Intervensi
|
Rasional
|
Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker
dan pengobatan
|
membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa
takut
|
Berikan informasi yang jelas dan akurat
|
Membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan
informasi yang diperlukan
|
Minta pasien memberikan umpan balik verbal,
dan perbaiki kesalahan konsep
|
Kesalahan konsep
tentang kanker lebih mengganggu daripada kenyataan dan mempengaruhi
pengobatan/penurunan penyembuhan.
|
Tinjau ulang dengan
pasien / orang terdekat pemahaman diagnose khusus, alternative pengobatan,
dan sifat harapan
|
Memvalidasi tingkat
pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar
pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.
|
Lakukan evaluasi sebelum pulang ke ruma sesuai
indikasi
|
Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah
dengan memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik,
penyediaan bahan yang di perlukan
|
2.2.4
Evaluasi
Hasil
yang diharapkan dari tindakan keperawatan pada pasien kanker serviks / leher
rahim adalah :
a.
Ansietas pasien berkurang
b.
Meningkatkan harga diri pasien
c.
Eliminasi kembali lancar seperti
biasanya
d.
Nyeri hilang/berkurang
e.
Tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang
dari kebutuhan
f.
Pasien mengetahui tentang prognosis
penyakit dan kebutuhan pengobatan
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker
serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker
mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi
bagi kaum wanita. Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif
berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks,
atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan.
3.2 Saran
1. Bagi
Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa
mampu mengetahui penyebab, tanda gejala dari kanker serviks / leher rahim serta
penanganannya agar dapat menghindari terjadinya kanker serviks baik untuk
dirinya sendiri maupun keluarganya. Serta hendaknya mampu memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan kanker serviks secara holistik didasari dengan
pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.
2. Bagi
Masyarakat
Diharapkan
masyarakat khususnya pada perempuan agar mampu untuk menjaga kesehatannya
terutama jika ada infeksi pada system reproduksi pada sekitar daerah kewanitaan
agar dapat cepat ditangani agar tidak menimbulkan penyakit kanker serviks.
3. Bagi
Institusi
Diharapkan
makalah asuhan keperawatan ini dapat menjadi refrensi untuk menambah
pengetahuan tentang penyakit kanker serviks / leher rahim tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran. Edisi Revisi.
Jakarta : Gitamedia Press.
Suddart,
Brunner (2002). Keperawatan Medikal Bedah,
Jakarta : EGC
Pudiastuti, Ratna Dewi, (2010). Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan.
Jakarta Barat : PT. Indeks
Kanker serviks ( online ). Tersedia :
http://kankerserviks.or.id ( tanggal 31 Oktober 2012 )
Hacher, moore, (2001), Esensial obstetric dan ginekologi, Jakarta
: Hypokrates
Doenges,
Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Arif
Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC :
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar