Keperawatan
Anak pada Dengue Haemoragic Fever ( DHF )
1.
Pengertian
DHF adalah suatu infeksi
arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies
aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan
demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue
Haemoragic Fever ( DHF ).
2. Etiologi
Penyakit Demam berdarah dengue
disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam group arboviruses (virus yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk asthropod).
Penyakit demam berdarah dengue
ditularkan oleh nyamik Aedes Aegypti yang banyak ditemukan dan hampir selalu
menggigit di dalam rumah pada waktu siang hari (Sumarmo, 1998).
3.
Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien
akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam
dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti
pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF
disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat
penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding
kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta
aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler.
Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler buktikan
dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum,
pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat
kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,
asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan
hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi
trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan
proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran
darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati
yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah
terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan
hebat.
4.
Klasifikasi
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat
penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Derajat
I
Demam disertai gejala
klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif,
trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
b. Derajat
II
Sama dengan derajat I,
ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis,
hematemesis, melena, perdarahan gusi.
c. Derajat
III
Ditandai oleh gejala
kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan
nadi sempit ( £ 120 mmHg ),
tekanan darah menurun, ( 120/80 ®
120/100 ® 120/110 ® 90/70 ®
80/70 ® 80/0 ® 0/0 )
d. Derajat
IV
Nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ³
140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
5.
Manifestasi
Klinis
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan
derajat penyakitnya, tanda dangejala lain adalah :
a.
Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan
reaksi perabaan.
b.
Asites
c.
Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
d.
Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.
6.
Pemeriksaan
penunjang
a.
Trombositopeni ( £ 100.000/mm3)
b.
Hb dan PCV meningkat ( ³ 20% )
c.
Leukopeni ( mungkin normal atau
lekositosis )
d.
Isolasi virus
e.
Serologi ( Uji H ): respon antibody
sekunder
f.
Pada renjatan yang berat, periksa : Hb,
PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda
perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
7.
Pelaksanaan
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
a.
Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas,
muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.
b.
Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati,
uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb
dan PCV meningkat.
c.
Panas disertai perdarahan
d.
Panas disertai renjatan.
Belum atau tanpa renjatan:
i.
Grade I dan II :
a.
Oral ad libitum atau
b.
Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg
BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan
BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu
secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum
sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus
yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu
24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
·
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB <
25 Kg
·
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
·
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
·
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
·
Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada
infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan
hebat.
Dengan Renjatan ;
ii.
Grade III
a.
Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi
teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan
Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus
tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun
waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24
jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan
kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
·
100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25
Kg
·
75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan
26-30 Kg.
·
60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40
Kg.
·
50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50
Kg.
b.
Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg
BB/1 jam keadaan tensi masih terukur
kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut
memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya )
sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun
waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan
cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan.
c.
Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat
10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80
mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus
memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau lainnya ) sebanyak 10
Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24
jam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar