Setelah
11 bulan tak pernah bertemu denganmu, ternyata aku masih menyimpan surat “Panda”
yang pernah membuatku hilang control saat malam bulan purnama. Ternyata aku
masih menyimpannya. Kertas kusut yang ternyata jatuh di bawah kasurku. Ku menemukannya
saat ku mengubah posisi kasur di kamarku. Huft surat ini ternyata menyakitkan
juga kalau dibaca lagi. Musnahin aja deh. Tapi enaknya gimana yah? Di buang? Di
bakar? Di sobek-sobek?.
Ku
lihat ada bak sampah yang belum penuh di ujung halaman rumahku. Dalam benakku, “Dibuang
aja deh. Lagipula siapa sih yang mau perhatiin dan baca kertas kusut lecek
kayak gini?”. Aku pun meremas kembali kertas itu dan ku masukkan ke dalam bak
sampah. Ku niatkan dalam hati aku tak ingin menjumpai dan mengingatnya lagi. Lagipula
sudah hampir setahun aku tak pernah menjumpainya. Tak melihat kehadirannya
didepanku. Kabarnya sekarangpun aku tak tahu bagaimana. Semoga dia baik-baik
sajalah. Sekarang sudah waktunya MOVE ON‼.
Cukup sudah ‼. Cukup 1 tahun
8 bulan lalu aku menggilaimu. Mengharapkan dan mencintaimu. Saatnya untuk memberi
kesempatan untuk orang lain masuk ke dalam hidupku dan mewarnai hidupku.
Terdengar
suara adzan. Kuraih desiran air dan membasahi beberapa anggota tubuhku. Aku berwudhu
dan segera mengambil mukenah dan shalat. Setelahnya, aku duduk berdoa pada Tuhan
dan menyampaikan segala doa untuk orang-orang disekitarku dan sempat ku selipkan
juga nama ‘dia’. Ku mohon pada-Nya agar aku tidak bertemu dengan ‘dia’ lagi. Kumohon
pada-Nya agar Tuhan mau membantuku melupakan dan menghapus segala tentang ‘dia’
yang masih membekas dalam hariku. Amin.
Sahabatku
Yuki datang ke rumah. Yuki menjemputku dan sore ini aku harus menghadiri acara
ulang tahun temanku dan Yuki. Sebut saja Sofie. Sofie menyewaku sore ini untuk
mengisi acaranya. Ia telah membayarku Rp. 300.000 untuk bernyanyi pada acaranya
sore ini. Lumayanlah. Suaraku juga nggak jelek-jelek juga sih. Kata sofie juga,
suaraku itu lembut dan merdu. Jadinya aku lumayan pede lah mengisi acara ulang
tahun nya nanti.
Sesampaiku
disana, Sofie langsung berlari ke arahku. Tak lupa ku ucapkan Happy Birthday
padanya dan memberikan kado kecil padanya. Sofie pun kemudian memberikanku
bungkusan kecil padaku, “Nih baju buat nyanyi ntar. Gantinya di kamarku aja. Ntar
nyanyinya di samping cowok yang pegang gitar tuh yah. Sofie sewa dia juga buat
ngisi acara sofie. Sofie mau comblangin kamu sama dia. Orangnya baik kok. Sofie
kenal banget karakternya dia. Cocok deh sama kamu. So, dandan yang cantik dan
cepet yah!”
“Loh!
Kok ada acara comblang-comblangan gini sih??” ucapku membisikinya.
“Ssssttt..no
coment deh! Dia yang pengen ketemu kamu. Pas Sofie bilang mau comblangin kamu,
dia bilang IYA! Udah deh, percaya aja sama Sofie. Pasti cocok deh!”
“Belum
saling kenal dia udah bilang IYA aja..gak bisa gitu dong, Fie..”
“Udah
ahh ganti bajunya sana. Ntar Sofie kenalin sama dia..” ucap Sofie berlari
meninggalkanku berdua sama Yuki.
Yuki
menepuk lenganku, “Aku langsung ke depan aja yah bantuin Sofie. Nanti kalo
acaranya udah selesai baru kita ketemu lagi. Kasian tuh si Sofie tamunya banyak
banget. Bye..”
Yuki
pun berlari mengikuti Sofi dan meninggalkanku. Dan aku pun langsung berjalan ke
kamar Sofie yang tidak jauh dari tempat ku berdiri saat ini. Kamar Sofie
disamping panggung. Melewati panggung, ku lirik cowok yang ada di panggung
memainkan gitarnya. Aku hanya dapat melihatnya dari samping saja. Dia memainkan
gitarnya tanpa iringan lagu diatas panggung sana. Dia main gitarnya bagus juga.
Ingin rasanya melihat sedikit saja wajahnya. Namun ia terlihat focus dengan
mainan gitarnya dan sekali waktu mengubah kunci music dengan jari tangannya. Badannya
cukup kekar juga. Ia menggunakan jas hitam dengan topi ala Tompi berwarna putih dengan pita hitam mengelilingi topinya. Terlihat
cakep juga sih dari samping begini. Tapi, kalau wajahnya sih gak tau ya. Siapa tahu
aja penampilan keren tapi wajah hancur. Hahaha :D
Ya
sudahlah. Lagipula nanti bisa kenalan. Sofie juga sudah janjiin aku buat
kenalan kan? Ada waktunya lah nanti. Sempat terbayang dalam benakku, Tuhan
begitu menyayangiku. Tuhan kini menghadirkan seorang cowok yang bakal dikenalin
lewat Sofie. Tuhan mengabulkan doaku untuk membantuku melupakan kenanganku
dahulu sama ‘dia’. Ucapku lirih, “Thanks ya, Fie…”
Look‼ so beautifull dress‼ gaun putih selutut dan high heels
yang disiapkan Sofie untukku. Diliat dari gaunnya aja sudah cantik, apalagi
kalau cewek secantik gue yang pakai?? Hihihi narsis. Dalam 15 menit pun gaun
putih ini sudah ku kenakan. Dan tadaaa… aku berputar-putar didepan cermin
melihat seorang gadis yang benar-benar cantik seperti putri Cinderella dalam
dongeng. Hahaha. Ku pasang high heels dan aku hanya memakai bedak sedikit saja.
Males banget pakai make-up tebal-tebal. Ntar yang ada dikatain badut. Ku gerai
biasa saja rambutku yang panjang sepanjang punggung. Biasa bin Natural. Yang natural
itu kan cantik. Lagipula aku gak doyan dandan macem-macem. Haha
Aku
keluar dari kamar dan perlahan ku naiki tangga panggung yang hanya 2 anak
tangga saja. Ku lihat dipojok panggung sana ada Sofie sedang berbicara dan
sesekali melepas tawa sama cowok pemain gitar tadi. Sepertinya mereka berdua menungguku.
Aku perlahan menghampiri mereka. Menyadari kedatanganku, Sofie menoleh dan
memanggilku, “Heyy..Sini‼”.
Dan cowok itupun sontak langsung menoleh juga kepadaku. Ingin ku langkahkan
kakiku namun sungguh aku tak berbohong, langkahku terasa berat seolah berpuluh-puluh
ton batu terikat dikakiku. Cowok itu melempar senyum kepadaku. Senyumku padam
dan tertahan. Entah seperti apa raut wajahku saat ini. Waktu terasa terhenti. Jantungku
berdebar sangt kencang. Darahku terasa mengalir deras menuju otakku. Aku tak
berkedip melihatnya. Aku ingin menyampaikan kata “Hai” namun tak kunjung
sampai. Rasanya di ujung lidah dan tak bisa ku keluarkan. Aku kaku. Grogi. Kaget
bercampur tak percaya bahwa cowok yang ada di depanku kini mau dicomblangin
sama aku. Oh my God ‼
apa aku bermimpi??. Sekarang aku benar-benar tak merasakan kakiku menginjak
tanah. Aku serasa melayang. Hatiku masih berperang antara iya dan tidak. “Apa iya
cowok ini yg mau dicomblangin sama gue???” cowok yang sudah sangat aku
mengenalinya. Cowok yang aku dambakan sejak dulu. Cowok yang dengan segala
kebodohanku aku rela menunggunya sampai 1 tahun 8 bulan. Cowok itu adalah ‘dia’.
PANDAKU‼
Ya
Tuhan, mengapa Engkau harus menampakkan wujud ‘dia’ kembali didepanku saat ini??.
Mengapa ‘dia’ Kau hadirkan lagi Tuhan disaat aku sudah dapat terbiasa tanpanya
dan sudah bisa bangkit untuk melupakannya?? Apa maksud Tuhan mengirimkan ‘dia’
lagi setelah hampir setahun lamanya aku tak bertemu dengannya?? Engkau punya
rencana apa untukku Tuhan???
“Heyy‼ kenapa diem disitu aja?? Sinii ‼” Sofie membuyarkan lamunanku.
Ku
berjalan perlahan menghampiri mereka berdua dengan berbagai macam perasaan yang
entah tak dapat ku ceritakan lagi dengan kata-kata. Speechless. >.<
“Nah,
in cowok yang sempet ku bicarain tadi. Kalian ngobrol aja dulu saling mengenal
lah biar ngga canggung pas kolaborasi ntar. Sofie tinggal dulu ya. Ntar kalo
Sofie tepuk tangan dari pojok meja situ tuh, pokoknya nyanyiin lagu yang best
lah. Awas yaa jangan kecewain Sofie! And selamat PDKT. Moga cocok yahh. Hehe”
Sofie pun dengan cepat pergi meninggalkan kami berdua dipojok panggung.
Disini,
hanya kami berdua. Terdiam. Tak ada yang berkata-kata. Entah apa yang ada di
fikiran ‘dia’ saat ini tentang ku. Aku masih tak percaya ‘dia’ yang meminta
pada Sofie agar Sofie jadi mak comblang antara aku dan ‘dia’. Maksud ‘dia’
apa??. Aaarrrggtt fikiranku buyar‼.
Perasaanku entahlah apa namanya.
“Hhhhmm..cantik
juga yah kalo pake gaun begitu??” ‘dia’ pun memecah diam diantara kita.
“Masa’?
eeuumm, makasi deh..hehe” aku Cuma bisa bilang gitu aja sambil melempar senyum
padanya.
“Nanti
mau nyanyi apa nih??
Aku
terdiam. Bingung. Tak ada 1 judul lagu pun yang terlintas dalam fikiranku.
“Hhmm
boleh request gak??”
“Apa?”
‘Dia’
pun membisikkan ku sebuah judul lagu yang membuatku langsung terdiam. Akupun mengiyakannya.
Aku juga hafal betul lagu itu. Salah satu lagu favoritku.
Dari
pojok meja sana, Sofie tersenyum melihat aku dan ‘dia’ disini. Sofie menepukkan
tangannya. Aku pun ke tengah panggung bersama ‘dia’, alunan gitar ‘dia’ yang
lembut terdengar dan aku mulai bernyanyi…..
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu yg mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Oh karena hati tlah letih
Aku ingin menjadi sesuatu yg mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Oh karena hati tlah letih
Aku ingin menjadi sesuatu yg selalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati
Oh bayangmu seakan-akan
Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati
Oh bayangmu seakan-akan
Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yg memanggil rinduku padamu
Seperti udara yg kuhela kau selalu ada
Yg memanggil rinduku padamu
Seperti udara yg kuhela kau selalu ada
Di akhir lirik lagu Dealova dari Once itu ‘dia’ menatapku dalam. Terdengar tepuk tangan yang meriah
dari tamu-tamu yang ada pada acara ulang tahun Sofie sore ini. Aku dan ‘dia’
berdiri dan membungkukkan badan kami serempak.
‘Dia’ menarikku cepat dan
bisiknya padaku, “Lagu itu buat kamu…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar