BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipofisis
merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi
hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika
hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah
otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala
atau gangguan penglihatan.
Selain
itu banyak gangguan lain yang disebabkan karena kelebihan hormon yang
dilepaskan hipofisis yang bisa menghasilkan dampak yang cukup signifikan bagi
pasien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.
Mampu
menjelaskan dan membuat asuhan keperawatan baik dari pengkajian keperawatan, diagnose
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan serta evaluasi
keperawatan pada klien dengan hiperpituitari.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.
Mengetahui
dan memahami definisi, manifestasi klinis, etiologi, patofisiologi,
penatalaksanaan, komplikasi, serta pemeriksaan penunjang dari hiperpituitari.
1.3 Manfaat
Dengan
adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa, masyarakat serta institusi mampu
memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan hiperpituitari, serta mampu
mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2. 1. Konsep
Dasar Penyakit
2. 1. 1
Definisi
Hiperpituitary adalah
suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme
sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau
lebih.
Hormon – hormon
hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise) (Hotma Rumahardo, 2000 :
36).
2. 1. 2
Etiologi
Hiperpituitari
dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab
mencakup :
1.
Adenoma primer salah
satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH, ACTH atau
prolakter.
2.
Tidak ada umpan balik
kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi HT dan
kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku
Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC)
2.1.3
Klasifikasi
hipofisis/ adenoma hipofisis.
1. Encapsulated (tidak ada
metastasis dalam sella tursika )
2. Invasive ( sella tursika
rusak karena metastasis )
3. Mikroadenoma (
encapsulate tumor dengan diameter
kurang dari 10 mm )
4. Makroadenoma (
encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10 mm )
2.1.4
Manifestasi
klinis
1.
Perubahan bentuk dan
ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari – jari tangan,
lidah, rahang, kardiyamegali)
2.
Impotensi
3.
Visus berkurang
4.
Nyeri kepala
5.
Perubahan siklus
menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
6.
Libido seksual menurun
7.
Kelemahan otot,
kelelahan dan letargi (Hotman Rumahardo, 2000
: 39).
2.1.5
Patofisiologi
Hiperfungsi
hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari
kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi.
Kelenjar
biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya
lebih dari 10 mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm,
yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis
merupakan penyebab utama hiperpituitarisme.
Penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma
ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan
adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin. Tumor
yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi.
Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:
1. Prolactin-secreting
tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.
Prolaktinoma
(adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri atas
sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada
wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat
primer dan sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan), dan infertilitas.
2. Somatotroph tumors (
hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma
somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan. Gejalah
klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi
kondisi ini.
Misalnya
saja pada klien prepubertas,
dimana
lempeng epifise tulang panjang belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan
tulang-tulang memanjang sehingga mengakibatkan gigantisme. Pada klien
postpubertas, adenoma somatotropik mengakibatkan akromegali, yang ditandai
dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan, kaki ), lidah, rahang, dan hidung.
Organ-organ dalam juga turut membesar ( misal; kardiomegali). Kelebihan hormon
pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti hiperglikemia dan
hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan pengobatan
pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan, namun
perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.
3. Corticotroph tumors (
menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )
Adenoma
kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan tumor ini adalah
mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.
Ada
dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:
a.
Perubahan
yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
b. Perubahan yang di
akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri.
Adenoma
hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan
besar diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
Perubahan
neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin membesar.tekanan
ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial IV
( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa
menginfiltrasi hipotalamus.
2.1.6
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Kadar prolaktin serum ;
ACTH, GH
2.
CT – Scan / MRI
3.
Pengukuran lapang
pandang
4.
Pemeriksaan hormon
5.
Angiografi
6.
Tes toleransi glukosa
7.
Tes supresi dengan
dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000
: 39).
2.1.7
Komplikasi
1.
Gangguan hipotalamus.
2.
Penyakit organ ’target’
seperti gagal tiroid primer, penyakit addison atau gagal gonadal primer.
3.
Penyebab sindrom
chusing lain termasuk tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4.
Diabetes insipidus
psikogenik atau nefrogenik.
5. Syndrom
parkinson
2.2 Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan pada Hiperpituitari
2. 2. 1
Pengkajian
1.
Data Demografi
a.
Kaji identitas pasien.
2.
Riwayat kesehatan
a.
Keluhan utama
b.
Perubahan ukuran dan
bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
c.
Perubahan tingkat
energi, kellelahan, letargi.
d.
Nyeri pada punggung dan
perasaan tidak nyaman.
e.
Dispaneuria dan pada
pria disertai dengan impotensi.
f.
Nyeri kepala.
g.
Gangguan penglihatan.
h.
Perubahan siklus
menstrulasi, libido menurun, impotensia.
3.
Riwayat penyakit
sekarang
a.
Tanyakan manifestasi
klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan
4.
Riwayat penyakit
keluarga.
a.
Adakah riwayat penyakit
yang sama dalam keluarga
5.
Pemeriksaan fisik
a.
Amati bentuk wajah.
b.
Kepala, tangan/lengan,
dan kaki bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
c.
Adanya kesulitan
menguyah.
d.
Adanya perubahan pada
persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.
e.
Peningkatan respirasi
kulit.
f.
Suara membesar karena
hipertropi laring.
g.
Pada palpasi abdomen,
ditemukan hepatomegali.
h.
Disfagia akibat lidah
membesar.
2. 2. 2
Diagnosa
1.
Perubahan citra tubuh
yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
2.
Disfungsi seksual yang
berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
3.
Nyeri kepala yang
berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor.
4.
Perubahan sensori
perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi impuls
akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
5.
Ansietas
berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kehidupan.
6.
Resiko injury
berhubungan dengan penurunan persepsi sensori.
2. 2. 3
Intervensi
1. Nyeri
kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor.
Tujuan
-
Perubahan dalam rasa nyaman
-
Penurunan tingkat nyeri
Kriteria Hasil
-
Pasien tidak mengeluh
nyeri
-
Pasien merasa nyaman
-
Skala nyeri 2 ( 0 – 4 )
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong
klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan.
|
Agar
perawat mengetahui apa yang dirasakan klien.
|
Kaji
skala nyeri
|
Untuk
mengetahui intensitas dari nyeri dan menentukan intervensi selanjutnya.
|
Berikan
tehnik relaksasi dan distraksi
|
Pengalihan
perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
|
Kolaborasi
pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
|
Pemberian
obat analgetik untuk mengurangi nyeri.
|
2. Perubahan
citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
Tujuan
-
Kekecewaan klien
terhadap tubuhnya dapat dikontrol
Kriteria
Hasil
-
Pasien dapat menerima
keadaan tubuhnya
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong
klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan.
|
Agar
perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan perubahan
tubuhnya.
|
Bantu
klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi – segi positif yang dapat
dikembangkan oleh klien.
|
Agar
klien mampu mengembangkan dirinya kembali
|
Yakinkan
klien bahwa sebagioan gejala dapat berkurang dengan pengobatan (ginekomastia,
galaktorea)
|
Agar
klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
|
3. Disfungsi
seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent.
Tujuan
-
Pasien mampu mempertahankan fungsi seksualnya
Kriteria Hasil
-
Pasien mampu mempertahankan fungsi seksualnya
Intervensi
|
Rasional
|
Identifikasi
masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap
fungsi seksualnya.
|
Agar
perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada
perawat.
|
Dorong
klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya
|
Agar
klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya
|
Kolaborasi
pemberian obat – obatan bromokriptin.
|
Agar
disfungsi seksual teratasi
|
4. Perubahan
sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
Tujuan
-
Perubahan sensori perceptual tidak terjadi
Kriteria Hasil
-
Berorientasi pada tempat dan nama, tidak terjadi cedera, TTV
dalam batas normal
Intervensi
|
Rasional
|
Dorong
klien agar mau melakukan pemeriksaan lapang pandang.
|
Agar
perawat mengetahui jarak lapang klien.
|
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kehidupan
Tujuan :
-
Klien akan
memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Kriteria
Hasil :
-
Klien dapat merasa
tenang, dan kecemasan yang dirasakan berkurang.
Intervensi
|
Rasional
|
Observasi
tanda dan gejala kecemasan dan ketakutan, catat ekspresi verbal maupun
nonverbal.
|
Pemeriksaan
tersebut ditujukan agar perawat dapat memberikan rasa nyaman kepada pasien
|
Gali
perasaan, anjurkan klien untuk mendiskusikan ketakutan, diagnosa penyakit dan
terapi yang diberikan
|
Agar pasien
dapat mendapatkan terapi yang optimal
|
Berikan
dukungan emosional.
|
Agar
pasien tidak merasa sendiri dan mendapatkan support / dukungan
|
Jelaskan
secara sederhana tentang hal yang ditanyakan klien
|
Bahasa
yang sederhana dapat mempermudah pemahaman pasien
|
Bantu
klien untuk mengatasi kecemasan, berikut alternative cara untuk mengatasi
kecemasan seperti bimbingan imagenery, teknik relaksasi.
|
Untuk
menciptakan kenyamanan dan ketenangan pasien
|
6.
Resiko injury
berhubungan dengan penurunan persepsi sensorik
Tujuan
-
Pasien tidak mengalami
cidera
Kriteria Hasil
-
Klien tidak mengalami
cidera dan trauma jaringan
Intervensi
|
Rasional
|
Identifikasi
kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi
fisik dan fungsi kognitif pasien
|
Untuk
meminimalisir resiko cedera yang dialami pasien
|
Mengontrol
lingkungan dari daerah kebisingan.
|
Daerah yang
nyaman akan membantu proses penyembuhan pasien
|
Menyediakan
tempat tidur yang nyaman dan bersih.
|
Memaksimalkan
kebutuhan istirahat pasien sehingga dapat membantu proses penyembuhan
|
Menghindarkan pasien
dari barang yang berbahaya.
|
Agar tidak
melukai pasien
|
Menganjurkan
keluarga untuk menemani pasien.
|
Keluarga dapat
mengawasi pasien agar tidak terjadi cidera yang diinginkan
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Hiperpituitary
adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi
hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone
hipofise atau lebih.
3.2
Saran
3.2.1
Bagi Mahasiswa
Diharapkan
mahasiswa mampu mengetahui penyebab, tanda gejala dari tumor otak serta
penanganannya agar dapat menghindari terjadinya tumor otak baik untuk dirinya
sendiri maupun keluarganya. Serta hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan hiperpituitari
secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit
tersebut.
3.2.2
Bagi Masyarakat
Diharapkan
masyarakat mampu untuk menjaga kesehatannya terutama jika ada infeksi pada hipofisis di otak agar dapat
cepat ditangani agar tidak menimbulkan penyakit hiperpituitari.
3.2.3
Bagi Institusi
Diharapkan makalah
asuhan keperawatan ini dapat menjadi refrensi untuk menambah pengetahuan
tentang penyakit hiperpituitari
tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Francis
S. 2002. Endrokinologi Dasar Dan Klinik.
Greenipan Smeltzer Dan Base Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran Vol. 2
Elisabeth j. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Hotman
Rumahardo. 2002. Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Sistem Endrokin. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA KASUS HIPERPITUITARI
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
TINGKAT 2 C
1.
Novia Yustari
2.
Fitria
Laning Putri
3.
Septia
Wulandari
4.
M. Husni
YAYASAN RUMAH SAKIT
ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN YARSI MATARAM
JURUSAN
KEPERAWATAN PRODI DIII
2012 / 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T Tuhan
seluruh alam atas berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan sebuah
makalah kelompok. Makalah ini disusun berdasarkan pengetahuan yang kami dapat
dari beberapa sumber. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami
yaitu Ibu Ns. Hapipah
S.Kep, selaku dosen pengajar, karena telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik, masukan
maupun saran dari para pembimbing maupun pembaca demi kesempurnaan makalah kami
ini agar lebih bermanfaat.
Mataram,
Desember 2012
Kelompok 1