Rabu, 21 November 2012

Asuhan Keperawatan pada Tumor Otak


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Otak merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di dalam rongga kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstein (batang otak) dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh 2 pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis.
Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang dapat diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanen. 
Melihat fenomena di atas, tumor otak merupakan penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Orang yang menderita tumor otak sering tidak menyadari bahwa dia terkena tumor otak. Tiba-tiba saja penderita merasakan dan mengalami nyeri kepala, kelainan pada syarafnya, pandangan kabur dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tumor otak beserta keluarganya.

1.2  Tujuan
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah:
a.       Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai tumor otak.
b.      Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien tumor otak.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Definisi
a.    Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, kamus Keperawatan, 1997).
b.    Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA, Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000)
c.    Karsinoma otak (maligna) adalah neoplasma yang tumbuh di selaput otak.
d.   Neoplasama ialah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. (Patologi, dr. Achmad Tjarta 1973).

2.2  Anatomi Fisiologi
Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim hormon, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan tubuh, organ dan sistim organ manusia.
Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang dikendalikan oleh keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot rangka dan menghantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat melakukan gerakan aktif dan menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara sadar mengendalikannya.
Susunan saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga organ tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-paru, jantung dan saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan, metabolisme, sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan susunan saraf otonom. Susunan saraf otonom dibagi menjadi susunan saraf simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan susunan saraf para simpatik (sistim pengontrol konstruktif dan menyenangkan).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu :
a.       Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
b.      Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
c.       Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran dan ingatan jangka pendek.
d.      Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan
gr. Otak menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang mana 90% aerobic dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3 – 6 menit akan timbul gangguan fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak berfungsi sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim efektor perifer tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak. Otak bukan masa yang uniform, melainkan suatu organ yang sangat kompleks. Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a)    Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari medulla oblongat, pons dan mesensefalon (otak tengah).
1.    Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di medula oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut jalan/ traktus poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri akan menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di medulla oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah.
2.    Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang menghubungkan korteks serebri dan serebllum.
3.    Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla oblongata dan diensefalon. Pada mesensefalon terdapat formation retikularis, suatu rangkaian penting yang antara lain mengatur irama tidur dan bantun, mengontrol refleks menelan dan muntah.
b)      Otak kecil (cerebelum)
Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian belakang batang otak. Cerebllum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmrn posterior medulla spinalis yang memberi informasi tentang keregangan otot dan tanda serta posisi-posisi sendi.
c)      Otak besar (cerebrum)
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu : hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper dipisahkan oleh pistula longitudinal dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar (korpus kolosum).
d)     Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :
1)      Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi. Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf penting yang datang dari serebri dan dikompres kedalam rongga yang kecil.
2)      Hipotalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga mempengaruhi metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
3)      Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.
4)      Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
a.       Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pambuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga :
a)      Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
b)      Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
c)      Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri komunikan posterior.
b.      Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba oleh karna kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang leher, pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah teersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang disebut anastomosis.

2.3  Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
a.      Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
b.      Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
c.      Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
d.     Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

2.4  Klasifikasi
Berdasarkan jenis tumor
a.    Jinak
a)                   Acoustic neuroma
b)                  Meningioma
c)                   Pituitary adenoma
d)                  Astrocytoma (grade I)

b.    Malignant
a)                  Astrocytoma (grade 2,3,4)
b)                  Oligodendroglioma
c)                  Apendymoma

c.    Berdasarkan lokasi
a)                   Tumor intradural
1)                  Ekstramedular
a.                    Cleurofibroma
b.                   Meningioma

2)                  Intramedular
a.                    Apendymoma
b.                   Astrocytoma
c.                    Oligodendroglioma
d.                   Hemangioblastoma
b)                  Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru–paru, ginjal dan lambung.

2.5   Manifestasi klinis
a.                   Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa, perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3 kasus
a)        Nyeri Kepala
Diperkirakan 1% penyebab nyeri kepala adalah tumor otak dan 30% gejala awal tumor otak adalah nyeri kepala. Sedangkan gejala lanjut diketemukan 70% kasus. Sifat nyeri kepala bervariasi dari ringan dan episodik sampai berat dan berdenyut, umumnya bertambah berat pada malam hari dan pada saat bangun tidur pagi serta pada keadaan dimana terjadi peninggian tekanan tinggi intrakranial. Adanya nyeri kepala dengan psikomotor asthenia perlu dicurigai tumor otak.
b)        Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya meyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektif dan tak disertai dengan mual.
c)      Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan lebih       dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
1)          Bangkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
2)          Mengalami post iktal paralisis
3)          Mengalami status epilepsy
4)          Resisten terhadap obat-obat epilepsy
5)          Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
6)          Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma.

d)     Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Berupa keluhan nyeri kepala di daerah frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dan enurunan kesadaran. Pada pemeriksaan diketemukan papil udem. Keadaan ini perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi. Selain itu dapat dijumpai parese N.VI akibat teregangnya N.VI oleh TTIK. Tumor-tumor yang sering memberikan gejala TTIK tanpa gejala-gejala fokal maupun lateralisasi adalah meduloblatoma, spendimoma dari ventrikel III, haemangioblastoma serebelum dan craniopharingioma.
b.      Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
a)      Lobus frontal
1)      Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
2)      Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
3)      Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
4)      Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
5)      Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

b)      Lobus parietal
1)      Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
2)      Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s

c)      Lobus temporal
1)      Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan aura atau halusinasi
2)      Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
3)      Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis, parkinsonism.

d)     Lobus oksipital
1)      Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
2)      Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia

e)      Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran

f)       Tumor di cerebello pontin angie
1)      Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
2)      Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran
3)      Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel

g)      Tumor Hipotalamus
1)      Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
2)      Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan

h)      Tumor di cerebelum
1)      Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan papil udem
2)      Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot servikal

i)        Tumor fosa posterior
1)      Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.


2.7  Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.
2.8  Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :
a.       Gangguan fisik neurologist
b.      Gangguan kognitif
c.       Gangguan tidur dan mood
d.      Disfungsi seksual

2.9   Pemeriksaan Penunjang
a.    Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.
b.    CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c.    Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
d.   Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
e.    Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
f.     Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif

2.10          Penatalaksanaan
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan arah kematian, salah satu akibat dari peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan tumor. Pasien-pasien dengan kemungkinan tumor otak harus di evaluasi dan di obati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat berubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatnya penurunan neurologic ( paralisis, kebutaan ) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi). Salah satu variasi pengobatan dapat digunakan ; pendekatan spesifik bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuan untuk dicapai dengan mudah. Pada beberapa pasien, kombinasi ini data digunakan sebagai modal.
Pendekatan Pembedahan konvensional memerlukan insisi tulang (kraniotomi). Pendekatan ini digunakan umum untuk mengobati pasien meningioma, neuroma akustik, astrositoma, kistik pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ketiga, tumor congenital seperti kista dermoid dan beberapa granuloma. Untuk pasien-pasien dengan glioma malignant, pengangkatan tumor secara menyeluruh, dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat masuk akal dengan tindakan yang mencakup pengurangan tekanan intra cranial ( TIK ), mengangkat jarngan nekrotik dan mengurangi bagian yang besar dari tumor, yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi resisten terhadap radiasi atau kemoterapi.
Pendekatan stereotaktik meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang mengikuti lokasi tumor yang sangat tepat, kerangka stereotaktik dan studi pencitraan multiple ( sinar-x CT ) yang lengkap digunakan untuk menentukan lokasi tumor dan memeriksa posisinya. Laser atau radiasi dapat dilepaskan dengan pendekatan stereotaktik. Radioisotope dapat juga ditempelkan langsung ke dalam tumor untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor (brakhiterapi) sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya.
Penggunaan Pisau Gamma dilakukan pada “bedah radio” sampai dalam, untuk tumor yang tidak dapat di masukkan obat, tindakan tersebut sering dilakukan sendiri. Lokasi yang tepat dilakukan dengan menggunakan pendekatan stereotaktik dan melalui laporan pengujian dan posisi pasien yang tepat. Dosis sangat tinggi radiasi akan di lepaskan pada luas bagian yang kecil. Keuntungan metoda ini adalah tidak membutuhkan insisi pembedahan, kerugiannya adalah waktu yang lambat diantara pengobatan dan hasil yang di harapkan.
Kemoterapi dan terapi sinar radiasi eksternal dimana digunakan hanya salah satu model atau dikombinasi dengan pendekatan seperti gambaran diatas. Terapi radiasi, merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap. Trasplantasi sumsum tulang aulog intravena digunakan pada beberapa pasien yang akan menerima kemoterapi atau terapi radiasi, karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien terhadap adanya keracunan pada sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi kemoterapi dan radiasi. Sumsum tulang pasien di aspirasi sedikit, biasanya dilakukan pada kepala iliaka dan di simpan. Pasien yang menerima dosis kemoterapi dan terapi radiasi yang banyak, akan menghancurkan sejumlah besar sel-sel keganasan (malignant). Sumsum tulang kemudian diinfus kembali setelah pengobatan lengkap. Kortikosteroid boleh digunakan sebelum pengobatan sesuai diperkenankannya penggunaan obat ini, yang didasari melalui evaluasi diagnostic dan kemudian menurunkan edema serebral dan meningkatkan kelancaran serta pemulihan lebih cepat.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1.    Riwayat Keperawatan, riwayat mengalami cidera kepala sebelumnya, riwayat menderita infeksi susunan saraf pusat, keluhan sakit kepala khususnya pada saat bangun, muntah pada saat bangun tidur tanpa adanya disertai nausea, penglihatan ganda, penurunan secara akut penglihatan, dan penurunan lapang pandang.
2.    Pemeriksaan fisik, penurunan kesadaran, koma, pupil melebar atau pinpoint dan tidak beraksi terhadap sinar, pupiledema, kelemahan saraf cranial VI, penurunan kekuatan motorik, hemiparesis / hemiplagia, ketidakmampuan mengikuti instruksi, disorientasi, keterbatasan menerima sensani ; hyperesthesia ; asterognogsis ; agnosia ; apraksia ; agraphia ; aphasia ; broecha atau wernicke, disarthia, disfungsi saraf cranial, jalan ataksia, aktifitas kejang.
3.    Psikososial / usia, jenis kelamin, pekerjaan, peran dan tanggung jawab strategi koping yang biasa digunakan, kecemasan, ketakutan penerimaan kondisi.
4.    Pengetahuan klien / keluarga , pengetahuan umum, pre dan postoperasi, prognosis dan kemungkinan antisipasi dengan hal-hal yang biasa terjadi .

3.2 Diagnosa Keperawatan
1.    Perubahan perfusi Jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
2.    Resiko kurang perawatan diri, kebersihan, makan eliminasi dan atau mobilisasi berhubungan dengan gangguan kognitif dan atau neurologi
3.    Kecemasan berhubungan dengan menerima ancaman biologi atau psikologi
4.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah


3.3  Perencanaan dan Pelaksanaan
1.    Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan intra cranial
Tujuan :
Klien akan mempertahankan perfusi jaringan serebral secara adekuat
Rencana dan Tindakan :
a.       Kaji tingkat kesadaran setiap  4 jam sampai 5 jam.
b.      Gunakan pengkajian GCS untuk pengkajian secara cepat
c.       Kaji kualitas dan kekuatan otot wajah dan ekstremitas setiap 4 jam sampai 5 jam.
d.      Monitor tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan dan lakukan pemeriksaan neurologi setiap 2 jam sampai 4 jam.
e.       Monitor dan intervensi tanda-tanda peningkatan tekanan intra cranial
f.       Pertahankan tindakan untuk mengatasi kejang
g.      Pertahankan lingkungan yang aman ( gunakan sisi penghalang tepat tidur, pengikatan yang lembut )
h.      Pertahankan lingkungan yang tenang.
i.        Perika teperatur rectal setiap 2 jam sampai 4 jam.
j.        Berikan obat-obatan sebagaimana programnya.
k.      Monitor adanya perubahan mental dan kepribadian.

2.      Resiko kurang perawatan diri, kebersihan, makan eliminasi dan atau mobilisasi berhubungan dengan gangguan kognitif dan atau neurologi
Tujuan :
Klien akan melakukan perawatan diri untuk memenuhi kebutuhannya
Rencana dan Tindakan :
a.       Kaji derajat kemampuan klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari : mandi, makan, eliminasi dan mobilitas.
b.      Monitor untuk tanda perkembangan kecacatan.
c.       Bantu dalam perawatan diri sesuai kebutuhan.
d.      Pertahankan diet sebagaimana instruksi.
e.       Bantu dalam pemasukan nutrisi ssesuai kebutuhan.
f.       Ambulasi sebagaimana yang di toleransi, bantu sesuai dengan kebutuhan dengan kursi roda, walker atau tongkat.
g.      Jika klien tidak dapat ambulasi bantu dan ajarkan klien untuk alih posisi, batuk dan nafas dalam setiap 2 jam.
h.      Tinggikan bagian kepala tempat tidur 30-45 dejarat.
i.        Lakukan latihan pergerakan sendi aktif atau pasif terhadap seluruh ekstremitas setiap 4-5 jam.

3.      Kecemasan berhubungan denganmenerima ancaman biologi atau psikologi
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Rencana dan Tindakan :
a.       Observasi tanda dan gejala kecemasan dan ketakutan, catat ekspresi verbal maupun nonverbal.
b.      Gali perasaan, anjurkan klien untuk mendiskusikan ketakutan, diagnosa penyakit dan terapi yang diberikan
c.       Berikan dukungan emosional.
d.      Jelaskan secara sederhana tentang hal yang ditanyakan klien
e.       Bantu klien untuk mengatasi kecemasan, berikut alternative cara untuk mengatasi kecemasan seperti bimbingan imagenery, teknik relaksasi.


4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah
Tujuan :
Klien memperlihatkan peningkatan pengetahuan
Rencana dan Tindakan :
a.         Observasi tingkat pemahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang diberikan
b.         Tekankan kepada dokter untuk menjelaskan penyakit, penyabab, gejala dan pengobatan
c.         Anjurkan kepada klien untuk bertanya
d.        Diskusikan obat-obatan : nama, dosis, frekuensi pemberian, tujuan, efek toksik atau efek samping
e.         Jelaskan kebutuhan untuk menghindari minum obat secara berlebihan tanpa pemeriksaan dokter
f.          Jelaskan kebutuhan untuk mempertahankan keseimbangan diet
g.         Jelaskan kebutuhan terapi

3.4  Evaluasi
1.    Perubahan perfusi Jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial
Kriteria Evaluasi :
a.       Memperlihatkan tanda-tanda neurologi dalam batas normal
b.      Sadar dan berorientasi
c.       Tidak mengalami peningkatan tekanan intra cranial

2.    Resiko kurang perawatan diri, kebersihan, makan eliminasi dan atau mobilisasi berhubungan dengan gangguan kognitif dan atau neurologi
Kriteria Evaluasi :
a.       Memiliki kulit, rambut, mulut dan genitalia yang bersih
b.      Terpenuhi keinginan untuk eliminasi
c.       Elakukan pergerakan pada ekstremitas

3.    Kecemasan berhubungan dengan menerima ancaman biologi atau psikologi
Kriteria Evaluasi :
a.       Klien tampak tenang dan dapat mengemukakan perasaan dan perhatiannya.

4.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan di rumah
Kriteria evaluasi :
a.       Mengungkapkan secara verbal pengetahuannya tentang penatalaksanaan perawatan di rumah, proses penyakit dan pengobatannya.


BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang dapat diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanen. 


DAFTAR PUSTAKA
A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Gitamedia Press.
Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto
Y. D. Hartanto, S.kep., Ns. (2009). Laporan Pendahuluan Tumor Cerebri. Jakarta : blogspot.com
Suddart, Brunner (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC