Minggu, 26 Februari 2012

Gilee Benerrrr


“Tumben nih banyak diem, Dek?” sapa seorang laki-laki imut wajahnya nan lembut hatinya. Tak lain adalah kakakku. Capunk. Aku tak bergeming dari tempat santai favoritku didepan rumah, aku tak ada anggapan padanya. Hanya senyum tertahan yang kuberi padanya. Ia pun segera hilang dari hadapanku. Heran juga aku, kok bisa ya tiba-tiba diam terbisu kala tersenyum dihadapan seseorang yang ku sebut ‘dia’.
              
Kembali ku duduk di depan rumah menunggu adzan magrib tiba. Serakan buku Akuntansi yang ku baca lembar demi lembarnya hingga tak ada yang tersisa. Semua sudah ku baca. Kala ku ingin beranjak ke kamar, azan maghrib pun mengiringi dan menyambut seluruh kampong ‘Stun Kompleks’ datang dan segera melangkahkan kaki menuju masjid. Sedangkan aku saat ini masih saja dalam goyangan tangan menuangkan air dari botol dan minum hanya dalam dua tegukan air putih saja untuk berbuka, lalu shalat maghrib dan kembali ke dapur untuk bermain bersama dengan piring dan kawan-kawan seperjuangannya. Biasanya aku yang jika petang slalu mengurung dri dikamar hingga isya’ datang, malam ini rasanya berbeda. Aku keluar kamar dan kembali pada posisi nyamanku di depan rumah dalam kebingungan suasana rumah. Hari ini terasa ceria dan entah mengapa aku juga tak tahu sebabnya. Bingung mendatangiku, apa benar aku……??sama ‘dia’??

Memang akhir-akhir ini lepas cobaan dari berpuasa tadi, atau setan manakah yang mengusik hatiku tentang hati yang tak menentu. Tak menentu memang terbesit wajah ‘dia’ yang mungil dan baby face !!. ia begitu dekat dengan siapa saja. He’s friendly. Dan ternyata ‘dia’ juga seorang yang begitu penting kehadirannya ditengah-tengah teman-teman sebayanya. Gileee beneeer…!!!
               
Bagiku bulan ini bulan yang penuh barokah. Tapi, mengapa aku diberikan goncangan yang begitu dahsyat seperti ini?? Hatiku terus bergetar melihat dan membayangkan baby facenya. Aku terus mencuri pandang dan mencoba untuk dekat dengannya. Baik cakap atau pun smms dengan kata-kata berumusku. “Aku gilaa!! Apa ‘dia’?? sungguh bener-bener gak nyaman!! Masa’ iya?? Aku belum percaya pasti. Tapi, mengapa jika tak ada hadirnya di ppelupuk mataku, aku mencarinya???”
               
Aaaaarrrrrgggghhhhh………..!!!!!!! hati ini perlu penenangan khusus! Jiwa yang bertarung antara benar atau tidak yang aku alami. Dalam kebimbangan itu aku terus berusaha untuk menepis rasa ini. “I’m really falling love with him..!!” tapi kenapa harus ‘dia’?? apa yang istimewa dari ‘dia’?? kenapa gak yang lain aja?? Dan hati ini terus saja kembali menentang kenyataan.
               
Hingga tengah malam pukul 01.30 aku mencoba menguasai hatiku kembali. Ku raih handphone ku dan tenang dalam sms dari ‘dia’. Waaaaaa….pulsa limit!! Aku segera menelepon teman sekelasku yang punya konter pulsa dan aku memintainya isi ulang. Cukup 5 ribu saja. Detik-detik pun menunggu dengan hembusan nafasku. Hingga akhirnya pulsa itu masuk. Pulsa yang aku khususkan untuk ‘dia’ sebenarnya. Aku sudah merangkai kata-kata yang baik dan sopan agar tidak terjadi salah paham. Karena aku tahu ‘dia’ memiliki karakter yang cuek bebek. Gak peduli. Kadang sms-ku saja sult untuk dibalasnya. Kesel juga sih. Aku mulai menekan key-pad HPku, tapi rasanya kata-kata yang sudah tersimpan dalam memoriku gak bisa keluar!! Tuhan..tolong aku!! Gak berani !! ini bener-bener gila !! aku pun berteriak ditengah heningnya malam. Aku tutup mataku dank u bungkam wajahku dengan bantal lusuh dikamarku dan aku tak bergeming lagi.
               
Mengapa aku tidak punya keberanian untuk menjelaskan perasaan sakit ini, aku tersiksa. Aku benar-benar benci!! Ada apa dengan ku??!! Aku terus berfikir sambil mengenang wajah baby face yang dimiliki si ‘dia’ melalui anugrah Tuhan. Aku merasa ada sesuatu yang berubah dalam priibadiku bila aku betemu kebetulan dengan ‘dia’. Yang semula aku bercanda tapi sekarang aku kaku, entah ia juga kaku?? Akhirnya hanya kebisuan yang terjadi. Batinku dalam hati, apa ia juga merasakan apa  yang aku rasa? Atau hanya aku yang memang sudah sangat gila dengan cinta? Apa aku terlalu jauh kedasar jurang lautan cinta? Atau ia tidak punya perasaan sama sekali tentang sikap dan perasaanku selama ini? Batin ini slalu bertanya sambil menunggu waktu yang menjawab, entah sekarang, besok, nanti atau mungkin tak akan pernah ada jawabnya.